Minggu, 09 November 2008

Sejarah Adzan dan Iqamah (Class 3)



Sejarah adzan


Adzan mulai disyariatkan pada tahun kedua Hijriah. Mulanya, pada suatu hari Nabi SAW mengumpulkan para sahabat untuk memusyawarahkan bagaimana cara memberitahu masuknya waktu salat dam mengajak orang ramai agar berkumpul ke masjid untuk melakukan salat berjamaah. Di dalam musyawarah itu ada beberapa usulan. Ada yang mengusulkan supaya dikibarkan bendera sebagai tanda waktu salat telah masuk. Apabila benderanya telah berkibar, hendaklah orang yang melihatnya memberitahu kepada umum. Ada juga yang mengusulkan supaya ditiup terompet seperti yang biasa dilakukan oleh pemeluk agama Yahudi. Ada lagi yang mengusulkan supaya dibunyikan lonceng seperti yang biasa dilakukan oleh orang Nasrani. Usul lainnya adalah nyala api di atas bukit. Yang melihat api itu dinyalakan hendaklah datang menghadiri salat berjamaah. Semua usulan yang diajukan itu ditolak oleh Nabi SAW, tetapi beliau menukar lafal itu dengan assalatu jami’ah (marilah salat berjamaah).

Pada suatu malam, Abdullah bin Zaid (beliau adalah seorang hamba Allah yang berasal dari bani Khazraj, beliau mengikuti baiah aqabah ke-2) bermimpi. Dalam mimpinya, beliau melihat ada seseorang yang sedang membawa lonceng dengan tangannya mengelilingiku.

Akupun berkata : "Wahai hamba Allah, apakah engkau maun menjual lonceng itu?"
Dia berkata : "untuk apa anda menanyakan terompet ini?"
Zaid berkata : "akan kami gunakan untuk panggilan shalat".
Dia berkata : "Apakah kau mau kuberitahu yang lebih baik dari itu?"
Maka kukatakan : "Tentu."
Dia berkata : "Kau ucapkan saja kata-kata berikut ini:

Allahu Akbar - Allahu Akbar (2x)
Asyhadu alla ilaha illallah (2)
Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah (2x)
Hayya 'alash sholah (2 kali)
Hayya 'alal falah (2 kali)
Allahu Akbar - Allahu Akbar (1x)
La ilaha illallah (1x).

Kalimat tersebut kini kita kenal dengan Adzan.


Asal Muasal Iqamah


Setelah lelaki yang membawa lonceng itu melafalkan adzan, dia diam sejenak, lalu berkata: "Kau katakan jika shalat akan segera didirikan:

Allahu Akbar, Allahu Akbar
Asyhadu alla ilaha illallah
Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah
Hayya 'alash sholah
Hayya 'alal falah
Qod qomatish sholah (2 kali), artinya: "Shalat akan didirikan"
Allahu Akbar, Allahu Akbar
La ilaha illallah

Begitu waktu subuh tiba, Zaid mendatangi Rasulullah SAW kemudian dia memberitahu beliau apa yang dimimpikan. Beliaupun bersabda: "Sesungguhnya itu adalah mimpi yang benar, insya Allah. Panggillah Bilal bin Rabah dan ajarkanlah kepadanya apa yang kau mimpikan agar dia yang mengumandangkannya, karena sesungguhnya suaranya lebih lantang dan merdu darimu.
Abdullah bin Zaid pun menemui Bilal, lalu dia menajarkan adzan kepadanya.

Suara adzan yang dikumandangkan oleh Bilal pun terdengar oleh Umar bin al-Khaththab ketika dia berada di rumahnya. Kemudian dia keluar dengan selendangnya yang menjuntai. Umar berkata: "Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan benar, sungguh aku telah memimpikan apa yang dimimpikannya." Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Maka bagi Allah-lah segala puji."

HR Abu Dawud (499), at-Tirmidzi (189) secara ringkas tanpa cerita Abdullah bin Zaid tentang mimpinya, al-Bukhari dalam Khalq Af'al al-Ibad, ad-Darimi (1187), Ibnu Majah (706), Ibnu Jarud, ad-Daruquthni, al-Baihaqi, dan Ahmad (16043-redaksi di atas). At-Tirmidzi berkata: "Ini hadits hasan shahih". Juga dishahihkan oleh jamaah imam ahli hadits, seperti al-Bukhari, adz-Dzahabi, an-Nawawi, dan yang lainnya. Demikian diutarakan al-Albani dalam al-Irwa (246), Shahih Abu Dawud (512), dan Takhrij al-Misykah (I: 650).

Adzan merupakan panggilan bagi umat Islam untuk memberitahu masuknya shalat fardlu. Adzan juga digunakan sebagai tanda telah masuk waktu shalat. Orang yang mengumandangkan adzan disebut muadzin. Lafadz adzan terdiri dari 7 bagian:
1. Allahu Akbar, Allahu Akbar (2 x); artinya: "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar"
2. Asyhadu alla ilaha illallah (2 x) "Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan selain Allah"
3. Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah (2 x) "Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah"
4. Hayya 'alash sholah (2 x) "Mari menunaikan shalat"
5. Hayya 'alal falah (2 x) "Mari meraih kemenangan"
6. Allahu Akbar, Allahu Akbar (1 x) "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar"
7. Lailaha ilallah (1 x) "Tiada sesembahan selain Allah"
Note: lafadz iqamah: ditambah dengan “Qad qamatis shalah. (shalat akan segera didirikan)


Source: ENSIKLOPEDI ISLAM, Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997.