Rabu, 22 April 2009

Kisah Teladan Nabi Nuh a.s. (class 2)


KISAH NABI NUH A.S.

Setelah nabi sebelumnya meninggal dunia, umat Nabi Nuh a.s. kembali syirik dan kafir. Mereka meninggalkan amal kebajikan, melakukan kemungkaran, kejahatan, dan kemaksiatan. Mereka telah terpedaya oleh Iblis. Mereka menyembah berhala. Yaitu, patung-patung yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri. Mereka mengira patung itu dapat membawa kebaikan dan manfaat serta menolak segala kesengsaraan dan kemalangan. Berhala-berhala yang dipertuhankan oleh mereka dianggap mempunyai kekuatan dan kekuasaan. Kadang-kadang mereka menamakan berhala mereka "Wadd" dan "Suwa" kadangkala "Yaguts" dan bila sudah bosan digantinya dengan nama "Yatuq" dan "Nasr".

Nabi Nuh berdakwah kepada kaumnya yang sudah jauh tersesat oleh iblis. Beliau mengajak mereka meninggalkan syirik dan penyembahan berhala. Beliau mengajak mereka kembali kepada tauhid, menyembah Allah Tuhan semesta alam.

Nabi Nuh yang dikurniakan Allah dengan sifat-sifat yang patut dijadikan teladan. Beliau fasih dan tegas. Beliau bijaksana dan sabar dalam melaksanakan tugas risalahnya kepada kaumnya. Beliau sangat lemah lembut dan mengetuk hati nurani kaumnya. Akan tetapi, walaupun Nabi Nuh telah berusaha sekuat tenaga berdakwah kepada kaumnya, hanya sedikit sekali dari kaumnya yang dpt menerima dakwahnya dan mengikuti ajakannya. Orang yang yang mau beriman tidak lebih dari seratus. Mereka kebanyakan terdiri dari orang-orang miskin. Sedangkan orang yang kaya-raya, berkedudukan tingi dan terpandang dalam masyarakat, yang merupakan pembesar-pembesar dan penguasa-penguasa tetap membangkang, tidak mempercayai Nabi Nuh mengingkari dakwahnya. Bahkan, mereka berusaha hendak melumpuhkan dan mengagalkan usaha dakwah Nabi Nuh.

orang-orang kafir itu menghina Nuh. Sebab, para pengikut beliau itu adalah orang-orang yang tidak mempunyai daya fikiran dan ketajaman otak. Mereka menganggap diri mereka sebagai pemuka-pemuka masyarakat yang pandai berfikir. Mereka memiliki kecerdasan otak dan pandangan yang luas. Dan, mereka dipandang masyarakat sebagai pemimpin. Bahkan, mereka menganggap Nuh sebagai pendusta belaka."

Nuh berkata, “Aku hanya seorang manusia yang mendapat amanat. Aku diberi tugas oleh Allah untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kalian. Jika kalian tetap berkeras kepala dan tidak mahu kembali ke jalan yang benar dan menerima agama Allah yang diutuskan-Nya kepadaku. Maka terserahlah kepada Allah untuk menentukan hukuman-Nya dan gajaran-Nya kepada kalian. Aku hanya rasul-Nya yang diperintahkan untuk menyampaikan amanat-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dialah yang berkuasa memberi hidayah kepadamu dan mengampuni dosamu atau menurunkan azab atas kalian. Dialah yang berkuasa menurunkan siksa dan azab di dunia atau menangguhkannya sampai hari kemudian. Dialah Tuhan pencipta alam semesta ini, Maha Kuasa , Maha Mengetahui, maha Pengasih dan Maha Penyayang."

Pada akhirnya, karena merasa tidak berdaya lagi mengingkari kebenaran kata-kata Nabi Nuh dan merasa kehabisan alasan untuk melanjutkan dialog dengan beliau, orang-orang kafir itu berkata, "Wahai Nabi Nuh! Kita telah banyak berdebat dan cukup mendengar dakwahmu yang sudah menjemukan itu. Kami tetap tidak akan mengikutimu dan tidak akan sesekali melepaskan kepercayaan dan adat-istiadat kami sehingga tidak ada gunanya lagi engkau mengulang-ulangi dakwah dan ajakanmu dan bertegang lidah dengan kami. Datangkanlah azab yang engkau katakana, jika engkau benar-benar orang yang menepati janji dengan kata-katamu. Kami ingin melihat kebenaran kata-katamu dan ancamanmu dalam kenyataan. Karena kami masih tetap belum mempercayaimu dan tetap meragukan dakwahmu."


Nabi Nuh Berputus Asa Dari Kaumnya

Nabi Nuh berdakwah selama 950 tahun. Nabi Nuh a.s. mengajak mereka meninggalkan berhala dan kembali menyembah Allah Yang maha Kuasa. Beliau mengajak mereka untuk meninggalkan jalan yang sesat dan gelap ke jalan yang benar dan terang. Akan tetapi, dalam waktu yang cukup lama itu, Nabi Nuh tidak berhasil menyadarkan kaumnya untuk beriman, bertauhid dan beribadat kepada Allah. Hanya sedikit saja dari kaumnya yang tidak mencapai seramai seratus orang. Walaupun ia telah melakukan tugasnya dengan sekuat tenaganya dengan penuh kesabaran dan kesulitan menghadapi penghinaan, ejekan dan cercaan makian kaumnya. Mereka tetap tidak mau mengakui kebenaran.

Harapan Nabi Nuh ternyata makin hari makin berkurang. Bahkan, tak lama kemudian, lenyaplah sisa harapan Nabi Nuh. Beliau tidak bertahan untuk sabar lagi. Beliau selanjutnya memohon kepada Allah agar menurunkan Azab-Nya kepada kaumnya yang keras kepala.

"Ya Allah! Janganlah Engkau biarkan seorang pun dari orang-orang kafir itu hidup dan tinggal di atas bumi ini. Mareka akan berusaha menyesatkan hamba-hamba-Mu. Jika Engkau biarkan mereka tinggal dan mereka tidak akan melahirkan dan menurunkan selain anak-anak yang berbuat maksiat dan anak-anak yang kafir seperti mereka." Demikianlah doa Nabi Nuh a.s. Doa Nabi Nuh dikalbulkan oleh Allah.

Selanjutnya nabi Nuh a.s. menerima perintah Allah untuk membuat sebuah kapal. Nabi Nuh segera mengumpulkan para pengikutnya. Beliau mulai mengumpulkan bahan yang diperlukan untuk membuat bahtera. Nabi Nuh membuat kapal di atas bukit yang sangat jauh dari kota orang-orang kafir. Walaupun demikian, Nabi Nuh tidak luput dari ejekan dan hinaan kaumnya yang kebetulan atau sengaja lewat tempat pembuatan kapal itu. Mereka mengejek dan mengolok-olok dengan mengatakan, "Wahai Nuh! Sejak kapan engkau menjadi tukang kayu dan pembuat kapal? Bukankah engkau seorang nabi dan rasul menurut pengakuanmu? Kenapa sekarang menjadi seorang tukang kayu dan pembuat kapal? Dan kapal yang engkau buat itu di tempat yang jauh dari air ini adalah maksudmu untuk ditarik oleh kerbau ataukah mengharapkan angin yang akan menarik kapalmu ke laut? " Dan lain-lain kata ejekan yang diterima oleh Nabi Nuh dengan sikap dingin dan tersenyum seraya menjawab,"Baiklah tunggu saja saatnya nanti, jika kamu sekarang mengejek dan mengolok-olok kami, maka akan tibalah masanya kelak kami akan mengejek kamu. Dan kamu akan tahu kelak untuk apa kapal yang kami siapkan ini.Tunggulah saatnya azab dan hukuman Allah menimpa kamu."

Kapal telah selesai dibuat. Nabi Nuh diperintah Allah untuk mengangkut orang-orang beriman dan binatang secara berpasang-pasangan. Tak lama kemudian, air turun dari langit dan memancur dari bumi. Dalam sekejab mata, air telah menjadi banjir besar melanda seluruh kota dan desa. Banjir menggenangi seluruh daratan. Bahkan gunung-gunung dan bukit pun tergenangi oleh air. Semuanya tenggelam kecuali kapal nabi Nuh dan isinya.

Dengan iringan"Bismillah majraha wa mursaha" belayarlah kapal Nabi Nuh. Orang-orang kafir kalang kabut diterjang dan dihanyutkan air banjir. Tiba-tiba terlihatlah tubuh putera sulung nabi Nuh yang bernama "Kan'an". Nabi Nuh secara spontan, terdorong oleh suara hati kecilnya berteriak dengan sekuat suaranya memanggil puteranya, Wahai anakku! Datanglah kemari dan gabungkan dirimu bersama keluargamu. Bertaubatlah engkau dan berimanlah kepada Allah agar engkau selamat dan terhindar dari bahaya maut yang engkau menjalani hukuman Allah."

Kan'an, putera Nabi Nuh, yang tersesat dan telah terkena racun rayuan syaitan dan hasutan kaumnya yang sombong dan keras kepala itu menolak dengan keras ajakan dan panggilan ayahnya yang menyayanginya dengan kata-kata yang menentang:"Biarkanlah aku dan pergilah, jauhilah aku, aku tidak sudi berlindung di atas geladak kapalmu aku akan dapat menyelamatkan diriku sendiri dengan berlindung di atas bukit yang tidak akan dijangkau oleh air bah ini."

Nuh menjawab, "Percayalah bahwa tempat satu-satunya yang dapat menyelamatkan engkau ialah bergabung dengan kami di atas kapal ini. Masa tidak akan ada yang dapat melepaskan diri dari hukuman Allah yang telah ditimpakan ini kecuali orang-orang yang memperolehi rahmat dan keampunan-Nya."

Setelah Nabi Nuh mengucapkan kata-katanya tenggelamlah Kan'aan disambar gelombang yang ganas dan lenyaplah ia dari pandangan mata ayahnya. Dia tergelincir dalam lautan air mengikut kawan-kawannya dan pembesar-pembesar kaumnya yang durhaka itu.

Nabi Nuh bersedih hati dan berdukacita atas kematian puteranya dalam keadaan kafir tidak beriman dan belum mengenal Allah. Beliau berkeluh-kesah dan berseru kepada Allah:"Ya Tuhanku, sesungguhnya puteraku itu adalah darah dagingku dan adalah bahagian dari keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu adalah janji benar dan Engkaulah Maha Hakim yang Maha Berkuasa."Kepadanya Allah berfirman, "Wahai Nuh! Sesungguhnya dia puteramu itu tidaklah termasuk keluargamu, karena ia telah menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu menolak dakwahmu dan mengikuti jejak orang-orang yang kafir drp kaummu.Coretlah namanya dari daftar keluargamu. Hanya mereka yang telah menerima dakwahmu mengikuti jalanmu dan beriman kepada-Ku dapat engkau masukkan dan golongkan ke dalam barisan keluargamu yang telah Aku janjikan perlindungannya danterjamin keselamatan jiwanya. Adapun orang-orang yang mengingkari risalahmu, mendustakan dakwahmu dan telah mengikuti hawa nafsunya dan tuntutan Iblis, pastilah mereka akan binasa menjalani hukuman yang telah Aku tentukan walau mereka berada dipuncak gunung. Maka janganlah engkau sesekali menanyakan tentang sesuatu yang engkau belum ketahui. Aku ingatkan janganlah engkau sampai tergolong ke dalam golongan orang-orang yang bodoh."

Nabi Nuh sedar segera setelah menerima teguran dari Allah bahwa cinta kasih sayangnya kepada anaknya telah menjadikan ia lupa akan janji dan ancaman Allah terhadap orang-orang kafir termasuk puteranya sendiri. Ia sedar bahawa ia tersesat pd saat ia memanggil puteranya untuk menyelamatkannya dari bencana banjir yang didorong oleh perasaan naluri darah yang menghubungkannya dengan puteranya padahal sepatutnya cinta dan taat kepada Allah harus mendahului cinta kepada keluarga dan harta-benda. Ia sangat sesalkan kelalaian dan kealpaannya itu dan menghadap kepada Allah memohon ampun dan maghfirahnya dengan berseru:"Ya Tuhanku aku berlindung kepada-Mu dari godaan syaitan yang terlaknat, ampunilah kelalaian dan kealpaanku sehingga aku menanyakan sesuatu yang aku tidak mengetahuinya. Ya Tuhanku bila Engkau tidak memberi ampun dan maghfirah serta menurunkan rahmat bagiku, nescaya aku menjadi orang yang rugi."

Setelah air bah itu mencapai puncak keganasannya dan habis binasalah kaum Nuh yang kafir dan zalim sesuai dengan kehendak dan hukum Allah, surutlah lautan air diserap bumi kemudian bertambatlah kapal Nuh di atas bukit "Judie" dengan iringan perintah Allah kepada Nabi Nuh: "Turunlah wahai Nuh ke darat engkau dan para mukmin yang menyertaimu dengan selamat dilimpahi barakah dan inayah dari sisi-Ku bagimu dan bagi umat yang menyertaimu."

Kisah teladan Nabi HUD a.s.

KISAH NABI HUD A.S.

Setelah Nabi Nuh a.s. dan para pengikutnya yang beriman diselamatkan Allah dari banjir dahsyat. Sedangkan semua orang kafir musnah. Orang-orang beriman yang selamat ini semakin tebal iman mereka. Mereka semakin percaya kepada Nabi Nuh dan ajarannya.

Manusia hidup rukun dan damai. Mereka hidup dengan penuh keimanan dan ketaqwaan. Mereka hidup senang, tenang dan bahagia. Namun, beberapa abad kemudian, anak cucu atau keturunan mereka mulai melupakan ajaran Nabi Nuh a.s. Mereka mulai terpedaya oleh oleh tipu muslihat Setan dan Iblis yang selalu menggoda mereka. Akhirnya seluruh manusia menjadi lupa sama sekali kepada Allah Pencipta yang
diajarkan oleh Nabi Nuh.

Kemudian mereka berkembang biak menjadi manusia banyak. Mereka hidup terpancar di segenap pelosok bumi. Mereka menjadi berbagai suku kaum dan bangsa. Bahkan, antar satu sama lain sudah tak kenal lagi, masing-masing golongan, suku dan bangsa berkembang menurut adat kebiasaan atau tradisi masing masing. Yang satu ingin lebih kaya, lebih kuat dari yang lain. Akhirnya yang kaya memeras terhadap si miskin, dan yang kuat menindas terhadap yang lemah.

Bersamaan dengan lenyapnya keimanan terhadap Allah, lenyap pulalah ketenteraman dan kebahagiaan hidup mereka. Berbagai maksiat dan kejahatan meraja lela. Kepercayaan yang sesat dan menyesatkan ada dimana-mana. Mereka sudah lupa terhadap Allah. Akhirnya mereka membuat patung berhala. Patung itu menurut mereka yang dapat menyelamatkan mereka dari segala kesusahan dan bahaya. Patung atau berhala itu mereka hormati. Mereka mengagungkannya. Mereka puji lalu sembah. Dan, patung patung itulah 'tuhan', kata mereka.

Kaum yang paling durhaka dan kafir pada zaman itu adalah kaum ‘Ad. Mereka berada di negeri Ahqaf. Yaitu antara Yaman dan Oman. Daerah itu sekitar negeri Arab. Bangsa 'Ad ini sangat terkenal memiliki tubuh besar. Mereka sangat kuat. Mereka tinggal di tanah yang subur. Masing-masing mempunyai kebun yang luas. Hasil mereka berlipat ganda. Dengan kekayaan yang melimpah ruah itu, mereka dapat membuat rumah dan istana
tempat tinggal masing masing. Mereka terkenal sebagai bangsa arsitektur yang hebat. Sayangnya, karena kebahagiaan hidup yang berlimpah itu, mereka lupa akan asal usul kejadian mereka. Mereka tidak tahu dari mana asalnya segala nikmat dan rahmat yang berlimpah ruah itu.

Akal mereka menjadi tumpul. Mereka berterima kasih atas semua nikmat dan rahmat itu kepada batu patung itu. Mereka minta tolong bila ditimpa kesusahan dalam hidup mereka.

Selanjutnya Allah mengutus seorang Nabi dari bangsa 'Ad itu sendiri. Namanya Nabi Hud. Seorang yang berlapang dada. Beliau berbudi mulia. Beliau penyayang dan penyantun. Beliau sangat sabar. Nabi Hud a.s. mengajari kaum 'Ad bahwa Tuhan yang sebenarnya adalah Allah swt. Sedang batu batu yang mereka sembah dan cintai itu tidak memiliki kekuasaan apapun. Patung itu tidak dapat memberi manfaat atau bahaya. Mereka tidak bisa berbuat apapun. Allahlah yang selayaknya disembah dan dipuja. Sebab, Allahlah yang member rezeki. Dialah yang menghidupkan dan mematikan manusia. Dialah yang menumbuhkan tumbuh tumbuhan dan mendatangkan berbagai nikmat. Demikianlah kata Nabi Hud a.s.

Seruan dan ajakan Nabi Hud a.s. ini tidak dihiraukan oleh kaum 'Ad. Mereka membantah dan menolak beliau. Mereka membangga-banggakan kekayaan dan kepintaran mereka sendiri. Nabi Hud a.s. berkata, “Semua orang yang sudah mati, kelak akan dihidupkan kembali di Akhirat. Mereka akan diperhitungkan kejahatan dan kebaikannya. Orang yang jahat akan disiksa dan orang yang baik akan dibahagiakan dalam Syurga yang disediakan Tuhan.”

Mereka tidak percaya ucapan Nabi Hud a.s. Mereka menuduh Nabi Hud mengarang cerita. Bahkan, Nabi Hud dianggap oleh mereka sebagai orang yang sangat bodoh. Mereka tidak percaya bahwa Hud adalah utusan Allah.

Meskipun mereka mengejek Nabi Hud, beliau tidak marah. Beliau tetap sabar. Bahkan, Hud terus mengajak mereka untuk beriman kepada Allah. Mereka tidak mau berhenti berbuat durhaka dan jahat. Mereka sangat takabur.

Nabi Hud mengingatkan mereka bahwa jika mereka tidak beriman, Allah akan menurunkan azab kepada orang yang kafir. Mereka tidak peduli ancaman Hud. Bahkan, mereka menantang untuk didatangkan azab dari Allah. Selanjutnya, selama tiga tahun negeri itu kekeringan. Tidak ada sedikitpun hujan yang turun. Mereka kepanasan dan kekeringan.

Lagi-lagi Hud mengajak mereka untuk bertaubat. Namun, mereka tetap tidak mau beriman. Pada suatu hari terbentanglah di langit awan hitam yang panjang. Awan itu melintang di tengah tengah langit. Orang-orang kafir menyangka bahwa awan itu pertanda sebentar lagi hujan akan turun hujan. Tetapi, Nabi Hud berkata kepada mereka: "Itu bukan awan rahmat, melainkan awan yang membawa angin kencang yang akan menewaskan kalian. Angin yang penuh dengan azab yang sangat pedih."

Tak lama kemudian angin dahsyat berhembus. Binatang ternak mereka yang sedang berkeliaran di
padang pasir terbang disapu bersih oleh angin entah ke mana perginya. Mulalah mereka takut. Mereka berlompatan lari masuk ke dalam rumah mereka masing masing. Mereka tutup pintu, untuk berlindung diri. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk bertahan agar tetap selamat dan tidak diterbangkan angin. Namun, rumah mereka akhirnya juga hancur dan berantakan beterbangan diterjang oleh angin topan yang panas dan petir.

Tujuh malam dan delapan hari lamanya angin panas itu bertiup dengan dahsyat. Jangankan manusia dan binatang-binatang serta tumbuh tumbuhan, batu besar dan gunung pun lenyap diterjang oleh angin. Apalagi patung yang mereka sembah selama ini.

Firman Allah: "Tidaklah Tuhan akan mencelakakan satu negeri dengan satu petaka, sedang penduduknya berbuat baik baik."

Anehnya, Nabi Hud dan pengikutnya yang beriman tetap di rumah. Mereka sama sekali tidak merasakan sedikit pun bahaya angin panas topan yang begitu dahsyat selama seminggu berturut turut itu. Akhirnya
Nabi Hud pindah tempat karena negeri itu sudah menjadi padang gersang yang panas. Nabi Hud a.s. pindah ke Hadhramaut. Dan, di sanalah beliau hidup sampai wafat.