Rabu, 25 November 2009

Asmaul Husna (2)

Asmaul Husna

Allah berfirman dalah al-qur’an: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama semua benda, kemudian mengemukakannya kepada mereka yang diberikan kendali, lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!" (al-Baqarah [2]: 31)

Kenapa Tuhan memiliki nama? Bukankah Allah itu juga nama dari Tuhan alam semesta? Bagaimana kita bisa mengenal Tuhan, jika Dia tidak punya nama?

Beberapa nama yang menjadi atribute Tuhan adalah:

Ar-Rahman (Maha Pengasih) adalah nama-Nya.
- Siapa yang memberikan nyawa?
- Siapa yang memberikan penglihatan?
- Siapa yang memberikan akal pikiran?

Ar-Rahim (Maha Penyayang) adalah nama-Nya.
Siapa yang menyematkan rasa sayang seorang ibu kepada anaknya?

As-Shamad (Maha Tempat meminta pertolongan, Maha Tempat Bergantung).
- Kepada Siapa manusia meminta perlindungan ketika takut di kegelapan malam?
- Kepada Siapa kita meminta kebahagiaan ketika kita ditimba musibah dan kesedihan?
- Kepada siapa kita meminta bantuan ketika kita sakit dan dokter tidak sanggup lagi mengobati kita?

Al-Basith (Maha Luas dan Meluaskan) adalah nama-Nya.
- Siapakah yang mengmparkan langit selus ini?
- Siapa yang melapangkan rizki kita?
- Siapa yang meluaskan ilmu pengetahuan kita?

As-Salam (Maha Pemberi rasa damai dan rasa damai / Maha Penyelamat).
- Siapa yang memberikan rasa bahagia dalam hati manusia
- Siapa yang memberikan balasan Surga kepada orang yang berbuat jelek?
- Siapakah yang menyelamatkan dunia ini dari kehancuran?

Demikianlah sebagian nama-nama Allah yang indah? Dialah yang memiliki nama-nama yang indah (asmaul husna).

Kamis, 19 November 2009

PENTINGNYA KEJUJURAN (class 2)


Anak Penggembala & Serigala

Seorang anak gembala selalu menggembalakan domba milik tuannya dekat suatu hutan yang gelap dan tidak jauh dari kampungnya. Karena mulai merasa bosan tinggal di daerah peternakan, dia selalu menghibur dirinya sendiri dengan cara bermain-main dengan anjingnya dan memainkan serulingnya.

Suatu hari ketika dia menggembalakan dombanya di dekat hutan, dia mulai berpikir apa yang harus dilakukannya apabila dia melihat serigala, dia merasa terhibur dengan memikirkan berbagai macam rencana.

Tuannya pernah berkata bahwa apabila dia melihat serigala menyerang kawanan dombanya, dia harus berteriak memanggil bantuan, dan orang-orang sekampung akan datang membantunya. Anak gembala itu berpikir bahwa akan terasa lucu apabila dia pura-pura melihat serigala dan berteriak memanggil orang sekampungnya datang untuk membantunya.

Dan anak gembala itu sekarang walaupun tidak melihat seekor serigala pun, dia berpura-pura lari ke arah kampungnya dan berteriak sekeras-kerasnya, “Serigala, serigala!”
Seperti yang dia duga, orang-orang kampung yang mendengarnya berteriak, cepat-cepat meninggalkan pekerjaan mereka dan berlari ke arah anak gembala tersebut untuk membantunya. Tetapi yang mereka temukan adalah anak gembala yang tertawa terbahak-bahak karena berhasil menipu orang-orang sekampung.

Beberapa hari kemudian, anak gembala itu kembali berteriak, “Serigala! serigala!”, kembali orang-orang kampung yang berlari datang untuk menolongnya, hanya menemukan anak gembala yang tertawa terbahak-bahak kembali.

Pada suatu sore ketika matahari mulai terbenam, seekor serigala benar-benar datang dan menyambar domba yang digembalakan oleh anak gembala tersebut.

Dalam ketakutannya, anak gembala itu berlari ke arah kampung dan berteriak, “Serigala! serigala!” Tetapi walaupun orang-orang sekampung mendengarnya berteriak, mereka tidak datang untuk membantunya. “Dia tidak akan bisa menipu kita lagi,” kata mereka.

Serigala itu akhirnya berhasil menerkam dan memakan banyak domba yang digembalakan oleh sang anak gembala, lalu berlari masuk ke dalam hutan kembali.

Pesan Moral: Kita harus menjaga kejujuran. Pembohong tidak akan pernah di percayai lagi, walaupun saat itu mereka berkata benar.

KISAH NABI YUSUF A.S. (class 2)


KISAH NABI YUSUF AS

Allah SWT berfirman:

"Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur'an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahuinya. " (QS. Yusuf: 3)

Yusuf adalah anak kesayangan Ya’kub. Mereka tinggal di Israil, Palestina. Dia paling tampan diantara saudara-saudaranya. Juga paling patuh. Sewaktu kecil, ia bermimpi sebelas bintang, bulan dan matahari bersujud kepadanya. Ya’kub melarang Yusuf menceritakan mimpi itu pada saudaranya, yang berjumlah 10 orang.

"(Ingatlah), Ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: 'Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku."' (QS. Yusuf: 4)

"Ayahnya berkata: 'Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan)mu. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.'" (QS. Yusuf: 5)

Rasa sayang Ya’kub pada Yusuf dan Bunyamin (keduanya anak Rahiel) membuat iri saudaranya. Mereka berkomplot mencelakakan Yusuf.
Sebagian ingin membunuh, sebagian lagi ingin membuang jauh, sedangkan Yahudza (salah seorang saudaranya) mengusulkan agar adiknya itu dibuang ke sumur.

Dengan begitu ia akan diselamatkan dan dibawa musafir yang selalu singgah ke sumur-sumur dalam perjalanannya. Sepuluh saudara itu mendesak ayahnya untuk mengizinkan mereka mengajak Yusuf pergi.
Bunyamin yang masih kecil ditinggalkan di rumah. Mereka lalu melaksanakan niatnya. Mereka meninggalkan Yusuf dalam sumur, mengambil bajunya untuk dilumuri darah domba. Pada ayahnya, mereka menyebut Yusuf diterkam binatang liar.

"Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala; dan kamu sekali-kali tidak akan pernah percaya kami, walaupun kami adalah orang-orang yang benar. " (QS. Yusuf: 17)
"Setelah kembalinya kita dari adu lari, kita dikagetkan ketika melihat Yusuf telah berada di perut serigala. Kita tidak menemukan Yusuf. Mungkin engkau tidak percaya kepada kami meskipun kami jujur, tetapi kami menceritakan apa yang sesungguhnya terjadi. Kita tidak berbohong kepadamu. Sungguh Yusuf telah dimakan oleh serigala. Inilah pakaian Yusuf. Kita menemukan pakaian Yusuf berlumuran darah sedangkan Yusuf tidak kita temukan:

"Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. " (QS. Yusuf: 18)

Ya’kub tahu kebohongan itu, tapi tak dapat berbuat apapun. Ia lalu tenggelam dalam kesedihan panjang. Yusuf mendekam dalam sumur yang amat dalam dan sedikit airnya. Tak lama kemudian, para musafir datang hendak mengambil air ke sumur itu. Yusuf pun kemudian diselamatkan musafir yang menuju Mesir. Pada masa itu, hampir di setiap kota besar selalu terdapat pasar untuk menjual manusia sebagai budak.

Yusuf pun dijual sebagai budak dengan harga mahal. Ia dibeli oleh menteri kerajaan bernama Qitfir. Yusuf tumbuh sebagai pemuda berakhlak terpuji: sabar, rajin, teguh, cerdas, sopan dan shaleh. Karena ketanpanan dan pesona akhlaknya, istri Qitfir, Zulaikha, menggodanya. Yusuf yang sangat beriman kepada Allah, menolak hingga bajunya sobek.

Kejadian itu kemudian diketahui oleh sang raja. Sayangnya, Zulaikha merubah fakta. Bahkan dia menfitnah Yusuf yang berbuat tidak pantas kepadanya. Tapi, melihat sobekan baju di belakang, kerabat Zulaikha tahu bahwa perempuan itulah yang salah. Pergunjingan meluas.

Zulaikha mencoba menepisnya dengan mengundang para wanita terhormat di masyarakat itu, memberi masing-masing mereka pisau pengupas buah, dan meminta Yusuf keluar menemui mereka.

Begitu tercengang mereka melihat ketanpanan dan keanggunan Yusuf, hingga tanpa terasa tangannya teriris pisau. Namun untuk menjaga nama baik keluarga Qitfir, Yusuf tetap dijebloskan di penjara. Hal yang juga disyukuri Yusuf karena kini ia manusia merdeka. Bukan lagi budak.

Allah memberikan mukjizat kepada nabi yusuf a.s. berupa kemampuan menafsirkan atau mengartikan mimpi. Di penjara, Yusuf mentakwil mimpi dua orang tahanan. "Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi nabi) dan di ajarakan-Nya kepadamu sebagian dari tabir mimpi-mimpi." (QS. Yusuf: 6) Menurut takwil itu, seorang akan dibebaskan dan akan kembali melayani raja. Seorang lagi, mantan bendaharawan kerajaan, akan dihukum mati. Takwil Yusuf ternyata benar. Kemampuannya itu tersiar, ia diminta menakwil mimpi Raja bahwa "tujuh lembu kurus akan memakan tujuh lembu gemuk".

Yusuf menjelaskan arti atau tafsir mimpi itu, bahwa akan datang masa subur dengan makanan berlimpah ruah selama 7 tahun, setelah itu tiba masa kemarau sepanjang 7 tahun pula. Lantaran tafsirnya, Raja mengangkat Yusuf untuk menjadi menteri urusan pangan dan ekonomi (atau sebagai bendaharawan Negara).

Ketika masa subur tiba, Kerajaan Mesir meminta rakyatnya menyimpan gandum, kurma dan makanan lain sebanyak-banyaknya untuk masa paceklik mendatang. Berkat kerja Yusuf, kerajaan Mesir tetap berkecukupan pangan di saat kemarau panjang itu tiba.

Penduduk kelaparan dari berbagai daerah lain berdatangan ke Mesir untuk membeli pangan dengan sisa kekayaan mereka. Tak terkecuali anak-anak Ya’kub yang dulu mencelakakan Yusuf. Mereka tak lagi mengenali Yusuf. Mereka dibolehkan kembali ke Mesir asal membawa adiknya yang tertinggal, Bunyamin.

Pada Bunyamin-lah Yusuf mengenalkan siapa dirinya. Ia kemudian membawa Ya’kub dan seluruh keluarganya pindah dari Babilonia ke Mesir. Yusuf kemudian memafkan semua saudaranya. Dia tidak pernah dendam kepada mereka.

Selanjutnya setiap anak nabi Ya’kub memiliki suku masing-masing. Dengan demikian mereka kemudian terpisah menjadi 12 suku keturunan Bani Israil.

Mimpinya sewaktu kecil kini terbukti. Ia malah diangkat menjadi raja menggantikan raja terdahulu. Kemudian dia menikah dengan Siti Zulaikha.

Masyarakat tradisional lebih mengenal Yusuf sebagai simbol ketampanan. Banyak perempuan hamil membaca surat Yusuf dalam Quran agar anak yang dikandungnya kelak akan tampan bagai Yusuf atau cantik.

Padahal Yusuf tak sekadar tampan. Ia rasul pertama yang memimpin negara. Lebih dari itu, ia berhasil mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakatnya.

Pertanyaan:
1) Berasal darimanakah keluarga besar nabi yusuf a.s.?
2) Siapakah nama ayah nabi yusuf a.s.?
3) Siapakah istri nabi yusuf a.s.?
4) Siapakah saudara kandung nabi yusuf a.s.?
5) Apakah mukjizat nabi yusuf a.s.?
6) Apakah mimpi yang ditafsirkan nabi yusuf a.s.?
7) Jelaskan tafsir mimpi raja tersebut!
8) Sebutkan sikap-sikap teladan atau terpuji nabi yusuf a.s.!
9) Kenapa 10 saudara nabi yusuf a.s. tega ingin menyingkirkannya dari ayahnya?
10) Apakah kedudukan terhormat yang diberikan oleh raja mesir kepada nabi yusuf a.s.?
11) Kenapa Nabi Yusuf dipercaya menjadi pejabat negara Mesir?

Rabu, 04 November 2009

MATERI ISLAMIC STUDIES SMT 1 2009-2010

MATERI SMT 1 2009-2010
SDI DWI MATRA KELAS 1

• PORSI MATERI SEBELUM MID SMT I 30 %
- Thaharah
- QS al-Fatihah, an-Nas, al-Ikhlas
- Kisah nabi Adam a.s.
- Rukun Iman
- Rukun islam
- Syahadatain
- Rukun iman

• PORSI MATERI SETELAH MID SMT I 70 %
- Perilaku terpuji (hidup bersih, disiplin, sopan & hormat kepada orang tua)
* Pengertian
* contoh-contoh perilaku
* manfaat berperilaku terpuji
* akibat tidak berperilaku terpuji
- Mengenal Nabi Muhammad saw
* keluarga inti
* tokoh-tokoh yang berjasa
* sikap-sikap taladan
- Perilaku terpuji (jujur) melalui kisah Umar dan anak gembala
* pengertian
* manfaat sikap jujur
* kisah singkat
- Mengenalkan keberadaan Allah SWT melalui ciptaan-Nya
* mengenal ciptaan Allah dan manusia
* bukti kasih sayang Allah memalui siptaan-Nya



MATERI SMT 1 2009-2010
SDI DWI MATRA KELAS 2

• PORSI MATERI SEBELUM MID SMT I 30 %
- Surat al-fiil dan surat al-qadar
- Meneladani perilaku terpuji Nabi Sulaiman
- Menampilkan perilaku hidup sederhana
- Mengenal huruf Hijaiyah dan tanda baca fathah, kasrah, dan dhammah
- Praktek berwudhu
- Bacaan dan gerakan shalat

• PORSI MATERI SETELAH MID SMT I 70 %
- Perilaku terpuji (rendah hati)
* Pengertian
* Conto-contoh sikap
* keuntungan sikap RH
* kerugian tidak bersikap RH
- Adab buang air besar dan kecil
* Etika BAB dab BAK
* larangan-larangan ketika BAB dab BAK
- Kisah Nabi Yusuf
* tokoh-tokoh penting
* sikap teladan nabi
* isi cerita
- perilaku toleran dan damai
* Pengertian
* contoh sikap
* keuntungan dan manfaat T & D
* kerugian tidak bersikap T & D
- Asmaul Husna (rahman, rahim, salam, basith, shamad)
* arti
* contoh dan bukti
* sikap meneladani



MATERI SMT 1 2009-2010
SDI DWI MATRA KELAS 3

• PORSI MATERI SEBELUM MID SMT I 30 %
- Mengenal khalifah fil ardh
- Surat ad-dhuha
- Menyebutkan lima sifat wajib bagi Allah SWT (wujud, qidam, baqa’, mukhalafatu lilhawaditsi, wahdaniyah)
- Menampilkan perilaku percaya diri, tekun, dan hemat
- Asmaul Husna (al-Khaliq, al-Wasi', al-Hakim, al-Alim, ar-Razaq)
- Menampilkan sikap ramah & tenggang rasa

• PORSI MATERI SETELAH MID SMT I 70 %
- Bacaan dan gerakan shalat
* identifikasi gerakan
* hafalan bacaan
* kombinasi bacaan dan gerakan
- Mengenal Kisah teladan Nabi Ismail
* tokoh-tokoh penting
* sikap teladan nabi
* isi cerita
- Mengenal sejarah dan fungsi Adzan serta iqamah
* mengenal sejarah
* fungsi
* perbedaan adzan dan iqamah
- Menulis dan membaca huruf dalam Qur’an (sin hingga dzha)
- Hafalan surat pendek pilihan as-Syams
* Hafalan
* arti ayat
* isi kandungan ayat atau pesan moral

Senin, 05 Oktober 2009

MATERI MID SMT 1 (09-10)

MATERI MID SMT 1 2009-2010
SDI DWI MATRA KELAS 1

- Thaharah
- QS al-Fatihah, an-Nas, al-Ikhlas
- Kisah nabi Adam a.s.
- Rukun Iman
- Rukun islam
- Syahadatain
- Rukun iman


MATERI MID SMT 1 2009-2010
SDI DWI MATRA KELAS 2

- Surat al-fiil dan surat al-qadar
- Meneladani perilaku terpuji Nabi Sulaiman
- Menampilkan perilaku hidup sederhana
- Mengenal huruf Hijaiyah dan tanda baca fathah, kasrah, dan dhammah
- Praktek berwudhu
- Bacaan dan gerakan shalat


MATERI MID SMT 1 2009-2010
SDI DWI MATRA KELAS 3

- Mengenal khalifah fil ardh
- Surat ad-dhuha
- Menyebutkan lima sifat wajib bagi Allah SWT (wujud, qidam, baqa’, mukhalafatu lilhawaditsi, wahdaniyah)
- Menampilkan perilaku percaya diri, tekun, dan hemat
- Asmaul Husna (al-Khaliq, al-Wasi', al-Hakim, al-Alim, ar-Razaq)
- Menampilkan sikap ramah & tenggang rasa

Kamis, 03 September 2009

Kisah Nabi Adam a.s. (class 1)

NABI ADAM ADALAH MANUSIA PERTAMA






















Setelah Allah s.w.t.menciptakan bumi, gunung, laut, tumbuh-tumbuhan, langit, matahari, bulan dan bintang yang bergemerlapan, dan para malaikat, Allah swt berkehendak untuk menciptakan makhluk lain yang akan menghuni dan mengisi bumi serta memeliharanya. Makhluk itu adalah manusia. Dia kelak juga bisa menikmati tumbuh-tumbuhan, mengelola kekayaan yang terpendam di dalamnya. Dia kelak juga akan berkembang biak di bumi itu.

PARA MALAIKAT KHAWATIR

Begitu mendengar bahwa Allah akan menciptakan manusia untuk menghuni dan mengurus bumi, malaikat mereka kepada Allah: "Wahai Tuhan kami! Buat apa Engkau menciptakan manusia? Padahal, kami selalu bertasbih, bertahmid, melakukan ibadah dan mengagungkan nama-Mu tanpa henti-hentinya. Sedangkan manusia yang akan Engkau ciptakan dan turunkan ke bumi itu akan bertengkar satu dengan lain, akan saling bunuh-membunuh berebutan menguasai kekayaan alam,sehingga akan terjadi kerusakan dan kehancuran di atas bumi yang Engkau ciptakan itu."

Allah berfirman: "Aku mengetahui apa yang kalian tidak ketahui. Dan Aku sendirilah yang mengetahui hikmah di balik penciptaan Bani Adam atas bumi-Ku. Bila Aku telah menciptakannya dan meniupkan roh kepada nya, bersujudlah kalian di hadapannya, sebagai penghormatan dan bukan sebagai penyembahan, Sebab, Allah s.w.t. melarang hamba-Nya menyembah kepada sesama makhluk-Nya."

Kemudian Allah menciptakan Adam dari segumpal tanah liat, kering dan lumpur hitam yang berbentuk.Setelah disempurnakan bentuknya ditiupkanlah roh ciptaan Tuhan dan berdirilah ia tegak menjadi manusia yang sempurna.

IBLIS MEMBANGKANG

Iblis membangkang dan tidak mau mematuhi perintah Allah seperti para malaikat yang lain,yang segera bersujud di hadapan Adam sebagai penghormatan bagi makhluk Allah yang akan diberi amanat menguasai bumi dan seisinya. Iblis merasa dirinya lebih mulia, lebih utama dan lebih agung dari Adam. Sebab, dia diciptakan dari unsur api. Sedangkan Adam dari tanah dan lumpur. Kebanggaannya itu menjadikannya sombong dan merasa berat untuk bersujud menghormati Adam seperti para malaikat yang lain,walaupun diperintah oleh Allah.

Tuhan bertanya kepada Iblis: "Apa yang membuatmu enggan bersujud menghormati makhluk yang telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku sendiri?" Iblis menjawab:"Aku adalah lebih mulia dan lebih unggul dari dia. Engkau ciptakan aku dari api dan Engkau menciptakannya dari tanah dan lumpur."
Karena kesombongan,kecongkakan dan pembangkangannya melakukan sujud yang diperintahkan,maka Allah menghukum Iblis dengan mengusir dari Syurga dan mengeluarkannya dari barisan malaikat dengan disertai kutukan dan laknat hingga hari kiamat. Di samping itu, dia dinyatakan sebagai penghuni Neraka.

Iblis dengan sombongnya menerima dengan baik hukuman Tuhan itu dan ia hanya mohon agar kepadanya diberi kesempatan untuk hidup kekal hingga hari kebangkitan kembali di Hari Kiamat. Allah mengabulkan permohonannya dan ditangguhkanlah ia sampai Hari Kebangkitan. Selanjutnya, dia mengancam akan menyesatkan Adam, karena dia dianggap sebagai penyebab terusirnya Iblis dari syurga.

Kemudian Allah berfirman kepada Iblis yang terkutuk itu:
"Pergilah engkau bersama pengikut-pengikutmu yang semuanya akan menjadi isi neraka Jahanam dan bahan bakar neraka.Engkau tidak akan berdaya menyesatkan hamba-hamba-Ku yang telah beriman kepada Ku dengan sepenuh hatinya dan memiliki aqidah yang mantap yang tidak akan tergoyah oleh rayuanmu walaupun engkau menggunakan segala kepandaianmu menghasut dan memfitnah."


PENGETAHUAN ADAM TENTANG NAMA-NAMA SEMUA BENDA

Allah hendak menghilangkan anggapan rendah para malaikat terhadap Adam dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmat-Nya menunjuk Adam sebagai penguasa bumi. Allah kemudian mengajarkan kepada Adam nama-nama benda yang berada di alam semesta. Lantas diujilah pengetahuan Adam di hadapan para malaikat.

Para malaikat tidak berdaya memenuhi tentangan Allah untuk menyebut nama-nama benda yang berada di depan mereka. Mereka mengakui ketidak-sanggupan mereka dengan berkata:
"Maha Agung Engkau! Sesungguhnya kami tidak memiliki pengetahuan tentang sesuatu kecuali apa yang Tuhan ajarkan kepada kami.Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana."

Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama itu kepada para malaikat dan setelah diberitahukan oleh Adam, Allah berfirman kepada mereka: "Bukankah Aku telah katakan padamu bahwa Aku mengetahui rahsia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan."

ADAM MENGHUNI SYURGA

Adam diberi tempat oleh Allah di syurga dan baginya diciptakanlah Hawa untuk mendampinginya dan menjadi teman hidupnya, menghilangkan rasa kesepiannya dan melengkapi keperluan fitrahnya untuk mengembangkan keturunan. Menurut para ulama, Hawa diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam yang disebelah kiri di waktu ia masih tidur sehingga ketika ia terjaga, dia melihat Hawa sudah berada di sampingnya.

Allah berpesan kepada Adam:"Tinggallah engkau bersama isterimu di syurga. Rasakanlah kenikmatan yang berlimpah-limpah didalamnya. Rasailah dan makanlah buah-buahan yang lezat yang terdapat di dalamnya sepuas hatimu dan sekehendak nasfumu.Kamu tidak akan mengalami atau merasa lapar,dahaga ataupun letih selama kamu berada di dalamnya.Akan tetapi Aku ingatkan janganlah makan buah dari pohon ini yang akan menyebabkan kamu celaka dan termasuk orang-orang yang zalim. Ketahuilah bahwa Iblis itu adalah musuhmu dan musuh isterimu. Dia akan berusaha membujuk kamu dan menyeret kamu keluar dari syurga sehingga hilanglah kebahagiaan yang kamu sedang nikmat ini."

IBLIS BERAKSI

Sesuai dengan ancaman yang diucapkan ketika diusir oleh allah dari Syurga akibat pembangkangannya dan terdorong pula oleh rasa iri hati dan dengki terhadap Adam yang menjadi sebab sampai ia terkutuk dan terlaknat selama-lamanya tersingkir dari singgahsana kebesarannya.Iblis mulai menunjukkan rancangan penyesatannya kepada Adam dan Hawa yang sedang hidup berdua di syurga yang tenteram, damai dan bahagia.

Ia menyatakan kepada mereka bahawa ia adalah kawan mereka dan ingin memberi nasihat dan petunjuk untuk kebaikan dan mengekalkan kebahagiaan mereka.Segala cara dan kata-kata halus digunakan oleh Iblis untuk mendapatkan kepercayaan Adam dan Hawa bahawa ia betul-betul jujur dalam nasihat dan petunjuknya kepada mereka.Ia membisikan kepada mereka bahwa.larangan Tuhan kepada mereka memakan buah-buah yang ditunjuk itu adalah karena dengan memakan buah itu mereka akan menjelma menjadi malaikat dan akan hidup kekal.Diulang-ulangilah bujukannya dengan menunjukkan akan harumnya bau pohon yang dilarang indah bentuk buahnya dan lazat rasanya.Sehingga pada akhirnya termakanlah bujukan yang halus itu oleh Adam dan Hawa dan dilanggarlah larangan Tuhan.

Allah mencela perbuatan mereka itu dan berfirman yang bermaksud: "Tidakkah Aku mencegah kamu mendekati pohon itu dan memakan dari buahnya dan tidakkah Aku telah ingatkan kamu bahawa syaitan itu adalah musuhmu yang nyata."
Adam dan Hawa mendengar firman Allah itu sedarlah ia bahawa mereka telah terlanggar perintah Allah dan bahawa mereka telah melakukan suatu kesalahan dan dosa besar.Seraya menyesal berkatalah mereka:"Wahai Tuhan kami! Kami telah menganiaya diri kami sendiri dan telah melanggar perintah-Mu karena terkena bujukan Iblis.Ampunilah dosa kami karena nescaya kami akan tergolong orang-orang yang rugi bila Engkau tidak mengampuni dan mengasihi kami."

ADAM DAN HAWA DITURUNKAN KE BUMI

Allah telah menerima taubat Adam dan Hawa serta mengampuni perbuatan pelanggaran yang mereka telah lakukan hal mana telah melegakan dada mereka dan menghilangkan rasa sedih akibat kelalaian peringatan Tuhan tentang Iblis sehingga terjerumus menjadi mangsa bujukan dan rayuannya yang manis namun berancun itu.

Adam dan Hawa merasa tenteram kembali setelah menerima pengampunan Allah dan selanjutnya akan menjaga jangan sampai tertipu lagi oleh Iblis dan akan berusaha agar pelanggaran yang telah dilakukan dan menimbulkan murka dan teguran Tuhan itu menjadi pengajaran bagi mereka berdua untuk lebih berhati-hati menghadapi tipu daya dan bujukan Iblis yang terlaknat itu.Harapan untuk tinggal terus di syurga yang telah pudar karena perbuatan pelanggaran perintah Allah,hidup kembali dalam hati dan fikiran Adam dan Hawa yang merasa kenikmatan dan kebahagiaan hidup mereka di syurga tidak akan terganggu oleh sesuatu dan bahawa redha Allah serta rahmatnya akan tetap melimpah di atas mereka untuk selama-lamanya.Akan tetapi Allah telah menentukan dalam takdir-Nya apa yang tidak terlintas dalam hati dan tidak terfikirkan oleh mereka. Allah s.w.t.yang telah menentukan dalam takdir-nya bahawa bumi yang penuh dengan kekayaan untuk dikelolanya,akan dikuasai kepada manusia keturunan Adam memerintahkan Adam dan Hawa turun ke bumi sebagai benih pertama dari hamba-hambanya yang bernama manusia itu.Berfirmanlah Allah kepada mereka:"Turunlah kamu ke bumi sebagian daripada kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain kamu dapat tinggal tetap dan hidup disan sampai waktu yang telah ditentukan."

Turunlah Adam dan Hawa ke bumi menghadapi cara hidup baru yang jauh berlainan dengan hidup di syurga yang pernah dialami dan yang tidak akan berulang kembali.Mereka harus menempuh hidup di dunia yang fana ini dengan suka dan dukanya dan akan menurunkan umat manusia yang beraneka ragam sifat dan tabiatnya berbeda-beda warna kulit dan kecerdasan otaknya.Umat manusia yang akan berkelompok-kelompok menjadi suku-suku dan bangsa-bangsa di mana yang satu menjadi musuh yang lain saling bunuh-membunuh aniaya-menganianya dan tindas-menindas sehingga dari waktu ke waktu Allah mengutus nabi-nabi-Nya dan rasul-rasul-Nya memimpin hamba-hamba-Nya ke jalan yang lurus penuh damai kasih sayang di antara sesama manusia jalan yang menuju kepada redha-Nya dan kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.

KISAH ADAM DALAM AL-QURAN.

Al_Quran menceritakan kisah Adam dalam beberapa surah di antaranya surah Al_Baqarah ayat 30 sehingga ayat 38 dan surah Al_A'raaf ayat 11 sehingga 25


PELAJARAN BERHARGA YANG TERDAPAT DARI KISAH NABI ADAM

Hikmah yang terkandung dalam perintah-perintah dan larangan-larangan Allah dan dalam apa yang diciptakannya kadangkala tidak atau belum dapat dicapai oleh otak manusia. Bahkan oleh para malaikat.

Meskipun manusia telah dikurniakan kecerdasan berfikir serta kekuatan fisik dan mental, mereka tetap mempunyai kelemahan, seperti sifat lalai, lupa dan khilaf.
Seseorang yang telah terlanjur melakukan maksiat dan berbuat dosa, sepatutnya tidak berputus asa dari rahmat dan ampunan Tuhan. Yang penting dia sadar akan kesalahannya dan bertaubat tidak akan melakukannya kembali. Rahmat allah dan maghfirah-Nya dapat menghapus segala dosa yang diperbuat oleh hamba-Nya, kecuali syirik.
Sifat sombong dan congkak selalu membawa akibat kerugian dan kebinasaan. Lihatlah Iblis yang turun dari singgahsananya dilucutkan kedudukannya sebagai seorang malaikat dan diusir oleh Allah dari syurga dengan disertai kutukan dan laknat karena kesombongannya dan kebanggaaannya sehingga ia menganggap dan memandang rendah kepada Nabi Adam dan menolak untuk sujud menghormatinya walaupun diperintahkan oleh Allah s.w.t.

PERTANYAAN:

1. Siapakah manusia pertama yang diciptakan Allah?
2. Kenapa Nabi Adam diusir dari Surga?
3. Kenapa Iblis dilaknat oleh Allah?
4. Apakah sikap tercela atau buruk yang tidak pantas kita contoh dari kisah ini?
5. Apakah sikap terpuji atau baik yang pantas kita contoh dari kisah ini?
6. Siapakah nama istri Nabi Adam?
7. Apa kelebihan manusia hingga diberi kehormatan oleh Allah?
8. Apakah tuga manusia di bumi ini?

Selasa, 19 Mei 2009

Kisah Nabi Ayyub a.s. (class 1)

NABI AYYUB A.S.
(SANG PENYABAR)


Nabi Ayyub adalah seorang mukmin sejati yang ahli ibadah yang tekun. Allah memberikan rezeki yang luas dan harta kekayaan yang yang melimpah. Namun, dia selalu menyisihkan sebahagiannya untuk menolong orang-orang yang memerlukan, yaitu para fakir miskin. Hari-harinya terisi penuh dengan ibadah, sujud kepada Allah dan bersyukur atas segala nikmat dan kurnia yang diberikan kepadanya.”
Para malaikat mengeluarkan kata-kata pujian dan sanjungan untuk Ayyub. Mereka mengakui kebenaran itu. Percakapan para malaikat yang memuji-muji Ayyub itu didengar oleh Iblis. Iblis merasa panas hati dan jengkel mendengar kata-kata pujian itu.

Iblis berusaha membujuk Ayyub agar tidak bersyukur kepada Allah. Kecintaan dan keimanan kepada Allah mampu menepis serangan Iblis. Akan tetapi, Iblis tidak berputus asa. Ia pergi menghadap kepada Allah untuk menghasut. Ia berkata : ” Wahai Tuhan, sesungguhnya Ayyub yang menyembah dan memuji-muji-Mu, bertasbih dan bertahmid menyebut nama-Mu, ia tidak berbuat demikian dengan ikhlas dan tulus. Ia melakukan itu semua karena takut akan kehilangan semua kenikmatan duniawi yang telah Engkau kurniakan kepadanya. Ia takut, jika ia tidak berbuat demikian, Engkau akan mencabut segala nikmat yang telah ia perolehnya.”

Allah berfirman kepada Iblis: “Sesungguhnya Ayyub adalah seorang hamba-Ku yang sangat taat kepada-Ku. Dia seorang mukmin sejati. Apa yang ia lakukan untuk mendekati dirinya kepada-Ku adalah semata-mata didorong oleh iman yang teguh kepada-Ku. Iman dan takwanya tidak akan tergoyah oleh perubahan keadaan duniawinya. Musibah apa pun yang akan dideritanya tidak akan merubah keimanannya. Ia yakin seyakin-yakinnya bahwa apa yang ia miliki adalah pemberian-Ku yang sewaktu-waktu dapat Aku cabut daripadanya atau menjadikannya bertambah berlipat ganda. Ia bersih dari semua tuduhan dan prasangkamu. Engkau memang tidak rela melihathamba-hamba-Ku anak cucu Adan berada di atas jalan yang benar. Aku izinkan engkau untuk mencuba menggodanya serta memalingkannya daripada-Ku. Kerahkanlah pembantu-pembantumu menggoda Ayyub melalui harta kekayaannya dan keluarganya. Coba binasakanlah harta kekayaannya dan cerai-beraikanlah keluarganya yang rukun dan bahagia itu dan Aku akan lihat, sampai di mana kemampuanmu menyesatkan dan merusakkan iman hamba-Ku Ayyub itu.”

Dengan berbagai cara gangguan, akhirnya berhasillah iblis dibantu syaitan menghancurkan kekayaan Ayyub. Hewan ternakannya mati satu persatu sehingga habis sama sekali. Kemudian disusul ladang-ladang dan kebun-kebun. Tanamannya rusak menjadi kering dan gedung-gedungnya yang terbakar habis dimakan api. Sehingga, dalam waktu yang sangat singkat sekali Ayyub yang kaya-raya tiba-tiba menjadi seorang miskin. Dia tidak memiliki kekayaan apapun, selain hatinya yang penuh iman dan takwa serta jiwanya yang besar.

Ayyub sama sekali tidak bersedih kehilangan kakayaannya. Ayyub tetap bersyukur kepada Allah. Bahkan dia bersujud kepada Allah. Dia memohon ampun atas segala dosa dan memohon keteguhan iman serta kesabaran atas segala cobaan dan ujian dari-Nya.

Iblis kecewa tidak berhasil menggoda iman Ayyub dengan menghancurkan kekayaannya. Akan tetapi, Iblis tidak akan pernah berputus asa menggoda Ayyub. Selanjutnya, Iblis berusaha menghancurkan keluarganya yang sedang hidup rukun, damai dan saling menghargai. Iblis datang lagi menghadap kepada Tuhan dan meminta izin meneruskan usahanya mencoba Ayyub. Yaitu dengan cara membunuh semua semua keluarga beliau, terutama anak-anaknya.

Allah meluluskan permintaan Iblis itu dan berfirman: “Aku mengizinkan engkau mencoba sekali lagi, menggoyahkan hati Ayyub yang penuh iman, tawakkal dan kesabaran tiu dengan caramu yang lain. Namun ketahuilah, engkau tidak akan berhasil mencapai tujuanmu melemahkan iman Ayyub dan menipiskan kepercayaannya kepada-Ku.”
Iblis lalu pergi menuju tempat tinggal putra-putra Ayyub. Lalu Iblis mengoyangkan gedung itu hingga roboh berantakan menjatuhi dan menimbuni seluruh penghuninya. Semua putranya meninggal dunia.

Lagi-lagi, Ayyub senantiasa bersyukur kepada Allah. Dia menangis seraya berucap: “Allahlah yang memberi dan Dia pulalah yang mengambil kembali. Segala puji bagi-Nya, Tuhan yang Maha Pemberi dan Maha Pencabut.”
Iblis merasa jengkel dan marah kepada dirinya sendiri karana telah gagal untuk kedua kalinya memujuk dan menghasut Ayyub. Ia pergi menghadap Tuhan dan berkata: “Wahai Tuhan, Ayyub sudah kehilangan semua harta benda dan seluruh kekayaannya dan hari ini ia ditinggalkan oleh putra-putranya yang mati terbunuh di bawah runtuhan gedung yang telah kami hancurkan. Namun, dia masih tetap beriman karena badannya dan mental masih kuat dan sehat. Izinkan aku mencobanya sekali lagi. Aku akan mengganggu kesehatan badannya. Jika dia sakit, niscaya ia akan mulai malas melakukan ibadah dan lama-kelamaan akan melalaikan kewajibannya kepada-Mu. Selanjutnya iman dan akidahnya akan luntur.”

Allah pun mengizinkan Iblis menggoda Ayyub yang kesekian kali. Allah berfirman kepada Iblis: “Bolehlah engkau mencoba lagi mengganggu kesehatan badan Ayyub. Aku akan lihat sejauh mana kepandaianmu mengganggu hamba pilihan-Ku ini.”
Iblis lalu memerintahkan kepada anak buahnya agar menaburkan benih-benih virus penyakit ke dalam tubuh Ayyub. Virus itu dengan cepat menjalar ke tubuh Ayyub. Sehingga, dia menderita berbagai-bagai penyakit, deman panas, batuk, gatal-gatal, dan lain-lain. Dengan demikian, badannya makin lama makin kurus, tenaganya makin lemah dan wajahnya menjadi pucat tidak berdarah dan kulitnya menjadi berbintik-bintik . Akhirnya, dia dijauhi oleh orang-orang sekampungnya dan oleh kawan-kawan dekatnya. Ia diusir dari kampung tempat tinggalnya. Hanya isterinyalah yang tetap mendampinginya, merawatnya dengan penuh kesabaran dan rasa kasih sayang. Sang istri, yang bernama Rahma, melayani segala keperluannya tanpa mengeluh atau menunjukkan tanda kesal hati dari penyakit suaminya yang tidak kunjung sembuh itu.

Ayyub yang sedang dalam keadaan sudah dan amat parah itu tidak meninggalkan ibadah dan zikirnya. Dia tidak mengeluh. Dia tidak bersedih. Dia hanya menyebut nama Allah memohon ampun dan lindungan-Nya bila ia merasakan sakit. Iblis merasa kesal hati dan jengkel melihat ketabahan hati Ayyub menanggung derita dan kesabarannya menerima berbagai musibah dan ujian. Iblis kehabisan akal, tidak tahu apalagi usaha yang harus diterapkan bagi mencapai tujuannya merusakkan aqidah dan iman Ayyub.
Selanjutnya Iblis membisikkan rayuan kepada istri Ayyub agar pergi menjauhi suaminya. Iblis mulai menghembuskan racun tipudaya ke telinga isterinya yang nampak sudah agak kesal merawat suaminya, namun masih tetap patuh dan setia.”

Dengan rencana barunya pergilah Iblis mendatangi isteri Ayyub, menyamar sebagai teman dekat suaminya. Rahma pun mulai tergoda. Dia teringat masa lalu yang bahagia. Kekayaan melimpah, keluarga rukun dan setia. Kemudian, dia mendekati Ayyub yang sedang menderita kesakitan dan berbisik-bisik kepadanya sambil berkata: “Wahai sayangku, sampai kapankah engkau tersiksa oleh Tuhanmu ini? Di manakah kekayaanmu, putera-puteramu, sahabat-sahabatmu dan kawan-kawan terdekatmu? Oh, alangkah indahnya masa lampau kita dulu, usia muda, badan sehat, sarana kebahagiaan dan kesejahteraan hidup tersedia, kita dikelilingi oleh keluarga. Mohonlah kepada Tuhanmu, wahai Ayyub, agar kami dibebaskan dari segala penderitaan dan musibah yang berpanjangan ini.”

Ayyub menjawab keluhan isterinya: “Wahai isteriku yang kusayangi, engkau menangisi kebahagiaan dan kesejahteraan masa yang lalu, menangisi anak-anak kita yang telah mati diambil oleh Allah dan engkau minta aku memohon kepada Allah agar kami dibebaskan dari kesengsaraan dan penderitaan yang kami alami masa kini. Aku hendak bertanya kepadamu, berapa lama kami tidak menikmati masa hidup yang mewah, makmur dan sejahtera itu?” “Lapan puluh tahun”, jawab isteri Ayyub. “Lalu berapa lama kami telah hidup dalam penderitaan ini?” tanya lagi Ayyub. “Tujuh tahun”, jawab si isteri.
“Aku malu”, Ayyub melanjutkan jawabannya,” memohon dari Allah membebaskan kami dari sengsaraan dan penderitaan yang telah kami alami belum sepanjang masa kejayaan yang telah Allah kurniakan kepada kami. Kiranya engkau telah termakan hasutan dan bujukan syaitan, sehingga mulai menipis imanmu dan berkesal hati menerima taqdir dan hukum Allah. Tunggulah ganjaranmu kelak jika aku telah sembuh dari penyakitku dan kekuatan badanku pulih kembali. Aku akan mencambukmu 100 kali. Dan sejak detik ini aku haramkan diriku makan dan minum dari tanganmu atau menyuruh engkau melakukan sesuatu untukku. Tinggalkanlah aku seorang diri di tempat ini sampai Allah menentukan taqdir-Nya.”

Setelah ditinggalkan oleh isterinya yang diusir, maka Nabi Ayyub tinggal seorang diri, tiada sanak saudara, tiada anak dan tiada isteri. Ia bermunajat kepada Allah dengan sepenuh hati memohon rahmat dan kasih sayang-Nya. Ia berdoa: “Wahai Tuhanku, aku telah diganggu oleh syaitan dengan kepayahan dan kesusahan serta siksaan dan Engkaulah wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.”
Allah menerima doa Nabi Ayyub yang telah mencapai puncak kesabaran dan keteguhan iman serta berhasil memenangkan perjuangannya melawan hasutan dan bujukan Iblis. Allah mewahyukan firman kepadanya: “Hantamkanlah kakimu ke tanah. Dari situ air akan memancur dan dengan air itu engkau akan sembuh dari semua penyakitmu dan akan pulih kembali kesehatan dan kekuatan badanmu. Jika engkau gunakannya untuk minum dan mandi.”

Dengan izin Allah setelah dilaksanakan petunjuk Illahi itu, sembuhlah segera Nabi Ayyub dari penyakitnya, semua luka-luka kulitnya menjadi kering dan segala rasa pedih hilang, seolah-olah tidak pernah terasa olehnya. Ia bahkan kembali menampakkan lebih sihat dan lebih kuat daripada sebelum ia menderita.
Dalam pada itu isterinya yang telah diusir dan meninggalkan dia seorang diri di tempat tinggalnya yang terasing, jauh dari keramaian kota, merasa tidak sampai hati lebih lama berada jauh dari suaminya, namun ia hampir tidak mengenalnya kembali, kerana bukanlah Ayyub yang ditinggalkan sakit itu yang berada di depannya, tetapi Ayyub yang muda belia, segar bugar, sehat afiat seakan-akan tidak pernah sakit dan menderita. Ia segera memeluk suaminya seraya bersyukur kepada Allah yang telah memberikan rahmat dan kurnia-Nya mengembalikan kesihatan suaminya bahkan lebih baik daripada keadaan asalnya.

Nabi Ayyub telah bersumpah sewaktu ia mengusir isterinya akan mencambuknya 100 kali bila ia sudah sembuh. Ia merasa wajib melaksanakan sumpahnya itu, namun merasa kasihan kepada isterinya yang sudah menunjukkan kesetiaannya dan menyekutuinya di dalam segala duka dan deritanya. Ia bingung, hatinya terumbang-ambingkan oleh dua perasaan, ia merasa berwajiban melaksanakan sumpahnya, tetapi isterinya yang setia dan bakti itu tidak patut, kata hatinya, menjalani hukuman yang seberat itu. Akhirnya Allah memberi jalan keluar baginya dengan firman-Nya: “Hai Ayyub, ambillah dengan tanganmu seikat lidi dan cambuklah isterimu dengan rumput itu 1 kali sesuai dengan sesuai dengan sumpahmu, sehingga dengan demikian tertebuslah sumpahmu.”
Nabi Ayyub dipilih oleh Allah sebagai nabi dan teladan yang baik bagi hamba-hamba-Nya dalam hal kesabaran dan keteguhan iman. Hingga kini nama Ayyub disebut sebagai simbol kesabaran. Allah telah membalas kesabaran dan keteguhan iman Ayyub bukan saja dengan memulihkan kembali kesehatan badannya bahkan dikembalikan pula kebesaran duniawinya dan kekayaan harta-bendanya dengan berlipat gandanya. Juga dia dikurniakan lagi putera-putera sebanyak yang telah hilang dan mati dalam musibah yang ia telah alami. Demikianlah rahmat Tuhan dan kurnia-Nya kepada Nabi Ayyub yang telah berhasil melalui masa ujian yang berat dengan penuh sabar, tawakkal dan beriman kepada Allah.

Pertanyaan:
1) Sebutkan tiga ujian dan cobaan berat yang diderita Nabi Ayyub!
2) Siapakah yang menyebabkan kekayaan Nabi Ayyub hancur?
3) Kenapa kekayaan Nabi Ayyub dihancurkan?
4) Siapakah yang mendampingi Nabi Ayyub ketika dia diusir ke hutan?
5) Jelaskan sikap-sikap terpuji yang pantas diteladani dari kisah ini?
6) Bagaimana usaha nabi Ayyub agar sembuh dari penyakit?

Kisah Ayyub di atas dapat dibaca dalam Al-Quran surah Shaad ayat 41 sehingga ayat 44 dan surah Al-Anbiaa’ ayat 83 dan 84.

Senin, 04 Mei 2009

Apakah Sama Dengan Beo?


Berdzikir untuk mengingat Allah bukan formalitas ritual

Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadis dari Aisyah binti Abu Bakar r.a. bahwa Rasulullah saw senantiasa mengingat Allah SWT (zikir) dalam setiap saat. Rasulullah saw juga bersabda, “Kalau aku membaca subhanallah, alhamdulillah, la ilaha illallah, dan Allahu Akbar, bacaan itu lebih aku gemari daripada mendapatkan kekayaan sebanyak apa yang berada di bawah sinar matahari” (HR Muslim).

Seorang muslim yang berprofesi sebagai rakyat biasa, pedagang, pengusaha, penguasa, ulama, pegawai negeri sipil atau swasta, tentara atau polisi, mungkin setiap hari mengucapkan zikir subhanallah, alhamdulillah, Allahu Akbar, la ilaha illallah. Tetapi mengapa kita tetap jauh dari Allah SWT? Maling sandal, maling ayam, maling kambing, maling aspal, maling hutan, masih terus berkeliaran. Suap, pungli, jalan terus. Korupsi, kolusi, nepotisme, juga jalan terus.

Alkisah, ada seekor burung beo yang telah terlatih. Dia bias mengucapkan kata-kata yang bagus. Dia sangat fasih mengucapkan subhanallah, alhamdulillah, Allahu Akbar, dan la ilaha illallah. Setiap saat kata-kata itu diulang-ulangnya dengan sangat jelas. Suatu hari burung beo itu disambar kucing. Akan tetapi kata yang terdengar dari mulut burung beo itu adalah suara yang sedang sekarat, “keak, keak, keak…!” Kemudian mati. Pak Agus, seorang sesepuh Padepokan Lumajang, terlihat amat sedih. Setelah kesedihannya berlalu, pak Agus lalu memanggil para muridnya.

Pak Agus bertanya, apakah kalian tahu mengapa aku merasa begitu sedih dan menangis? Aku terbayang bahwa sebagian dari kita akan mati seperti matinya burung beo itu. Burung itu setiap saat mengucapkan kalimah zikir, tetapi ketika mati ucapan yang keluar adalah keak, keak, keak…! Aku menangis membayangkan bahwa sebagian dari kita setiap hari berzikir mengucapkan subhaanallah, alhamdulillah, Allahu Akbar, la ilaaha illallah, tetapi ketika sakaratul maut tiba, kita tidak membawa zikir tersebut. Alangkah amat menyedihkan! Alangkah celakanya! Lalu pak Agus melanjutkan, alangkah menyedihkan jika kita tidak berzikir seperti berzikirnya anak gembala kambing dalam kisah Umar bin Khatab yang amat terkenal itu.

Ketika melihat seorang anak gembala miskin dengan pakaian compang camping sedang menggembalakan kambing yang amat banyak milik majikannya, Umar bin Khatab bertanya, Nak, bolehkah kubeli kambing yang sedang kau gembalakan itu satu ekor? Si anak gembala menjawab, Kambing ini bukan milikku, tetapi milik majikanku. Aku tidak boleh menjualnya. Umar bin Khatab membujuk, Kambing itu amat banyak. Apakah majikanmu tahu jumlahnya? Apakah dia suka memeriksa dan menghitungnya? Dijawab, Tidak, majikanku tidak tahu berapa ekor jumlah kambingnya. Dia tidak tahu berapa kambing yang mati dan berapa yang lahir. Dia tidak pernah memeriksa dan menghitungnya. Umar bin Khatab terus membujuk, Kalau begitu hilang satu ekor kambing, majikanmu tidak akan tahu. Lagi pula aku mau membeli kambing yang kecil saja supaya lebih tidak ketahuan. Ini uangnya, terimalah! Ambil saja buat kamu untuk beli baju atau roti. Anak gembala itu tidak tergiur. Dia tetap tidak mau menjual kambing yang bukan miliknya.

Umar bin Khatab dengan nada yang ditinggikan (marah) berkata, Mengapa kamu ini, susah benar sih! Kambing itu amat banyak. Majikan kamu tidak tahu jumlah-nya. Kalau kamu jual satu, majikan kamu tidak akan tahu. Di sini juga tidak ada orang lain. Hanya ada aku dengan kamu. Tidak ada orang lain yang tahu. Lihat di sekitar kamu, apa ada yang lihat? Nih uangnya, bawa sini kambingnya! Kamu takut sama siapa? Anak gembala miskin yang pakaiannya compang-camping itu, dengan tetap tegar menjawab, Takut Allah. Allah menyaksikan. Allah Mahatahu!

Mendengar jawaban anak gembala itu, Umar bin Khatab, lelaki tinggi besar, gagah perkasa, jago perang, jago berkelahi, amir al mu’minin (pemimpin kaum beriman), menangis. Lemah lunglai seluruh sendi tubuhnya.
Anak gembala itu walaupun miskin, menghadirkan Allah dalam setiap denyut dan detak kehidupannya. Walaupun miskin dia tidak menjual imannya dengan uang atau harta. Walaupun secara lisan mungkin dia tidak mengucapkan kalimah zikir, tetapi dari tindakannya dia berzikir. Zikir yang sesungguhnya, Selalu mengingat Allah! Selalu menghadirkan Allah! Sedangkan kita, mukminin dan mukminat yang rakyat biasa, yang pedagang, yang pengusaha, yang penguasa, yang ulama, yang pegawai negeri sipil/swasta, yang tentara/polisi, sebagian terbanyak dari kita bukan sedang berzikir tetapi sedang membeo.

Astaghfirullah…, mulut kita bersuara cuma seperti burung beo!

Khalifah Umar dan Anak Gembala


Arti sebuah Kejujuran dan Keimanan

Abdullah bin Dinar meriwayatkan bahwa suatu hari dia berjalan bersama Amirul Mukminin Umar bin Khattab dari Madinah menuju Makkah. Di tengah perjalanan beliau bertemu dengan anak gembala. Lalu timbul dalam hati Khalifah Umar untuk menguji sejauh mana kejujuran dan keamanahan si anak gembala itu.

Maka, terjadilah dialog berikut ini. ''Wahai anak gembala, juallah kepadaku seekor anak kambing dari ternakmu itu!'' ujar Amirul Mukminin. ''Aku hanya seorang budak,'' jawab si gembala. Umar bin Khattab berkata lagi, Umar bin Khatab membujuk: “Kambing itu amat banyak. Apakah majikanmu tahu jumlahnya? Apakah dia suka memeriksa dan menghitungnya?” Dijawab oleh anak tersebut dengan mantab: “Tidak, majikanku tidak tahu berapa ekor jumlah kambingnya. Dia tidak tahu berapa kambing yang mati dan berapa yang lahir. Dia tidak pernah memeriksa dan menghitungnya.” Umar bin Khatab terus mencoba membujuk: “Kalau begitu hilang satu ekor kambing, majikanmu tidak akan tahu. Atau Katakan saja nanti pada tuanmu, anak kambing itu dimakan serigala. Ini uangnya, terimalah! Ambil saja buat kamu untuk membeli baju atau roti.” Anak gembala tetap tidak terbujuk dan mengabaikan uang yang disodorkan oleh Umar.'' ''

Anak gembala tersebut diam sejenak, ditatapnya wajah Amirul Mukminin, lalu keluar dari bibirnya perkataan yang menggetarkan hati Khalifah Umar, ''Jika Tuan menyuruh saya berbohong, lalu di mana Allah? Bukankah Allah Maha Melihat? Apakah Tuan tidak yakin bahwa Allah pasti mengetahui siapa yang berdusta?''

Umar bin Khattab adalah seorang khalifah, seorang pemimpin. Dia adalah seorang pemimpin umat yang sangat berwibawa lagi ditakuti, dan tak pernah gentar menghadapi musuh. Akan tetapi, menghadapi anak gembala itu beliau gemetar, rasa takut menjalari seluruh tubuhnya, persendian-persendian tulangnya terasa lemah, kemudian beliau menangis. Menangis mendengar kalimat tauhid itu, yang mengingatkan pada keagungan Allah, dan tanggung jawabnya di hadapan-Nya kelak.

Lalu dibawanya anak gembala yang berstatus budak itu kepada tuannya, kemudian ditebusnya, dan beliau berkata, ''Dengan kalimat tersebut (Fa ainallah?) telah kumerdekakan kamu dari perbudakan itu dan dengan kalimat itu pula insya Allah kamu akan merdeka di akhirat kelak.'' Peristiwa di atas jelas merupakan cermin jiwa yang ihsan, terpuji, serta gambaran iman yang melahirkan sifat jujur dan amanah.

Alangkah indahnya negeri ini bila penduduknya memiliki iman dan ihsan seperti anak gembala itu.Bila iman dan ihsan menyebar di negeri ini, maka kita akan mendapati peraturan akan dipatuhi, negara akan aman, kemakmuran akan dinikmati, hati penduduk negeri menjadi damai.

Demikian memang jaminan dari Allah SWT di dalam Alquran, ''Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatan mereka.'' (Al A'raf: 96). Wallahu a'lam. (RioL)

Nilai Kejujuran
Tertegun Khalifah Umar karena jawaban itu. Sambil meneteskan air mata, ia pun berkata, ''Kalimat 'di mana Allah' itu telah memerdekakan kamu di dunia ini. Semoga dengan kalimat ini pula akan memerdekakan kamu di akhirat kelak.''

Kisah di atas mencerminkan gambaran pribadi yang jujur dan menjalankan kewajiban dengan disiplin yang kuat. Dia tidak akan berbohong walaupun diiming-imingi keuntungan materi sekalipun. Anak gembala itu walaupun miskin, menghadirkan Allah dalam setiap denyut dan detak kehidupannya. Walaupun miskin dia tidak menjual imannya dengan uang atau harta. Walaupun secara lisan mungkin dia tidak mengucapkan kalimah zikir, tetapi dari tindakannya dia berzikir. Zikir yang sesungguhnya, Selalu mengingat Allah! Selalu menghadirkan Allah!

Adakah kita mengingat keberadaan Allah SWT saat hendak melakukan sesuatu?

Ya, Allah memang tidak terlihat secara kasat mata, tapi sesungguhnya Allah selalu melihat semua perbuatan hamba-Nya. Apakah itu kebaikan ataupun keburukan. Sifat jujur dan takwa adalah dua sifat yang tidak dapat dipisahkan.

Karena orang yang bertakwa, pastilah berperilaku jujur. Dan, sebaliknya, orang yang berperilaku jujur termasuk golongan orang yang bertakwa.

Sebagaimana firman Allah SWT, ''Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan, janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan, bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.'' (QS Almaidah [5]: 8)

Betapa sesungguhnya kejujuran adalah salah satu sifat dari hamba Allah yang senantiasa bertakwa. Bahkan, kejujuran dan keadilan itu tidak hanya ditujukan untuk sesama Muslim, tetapi juga kepada kaum yang dibenci sekalipun.

Amatlah mahal harga sebuah kejujuran karena akan dibayar dengan ketakwaan. Dan, sudah pasti ketakwaan akan membuka jalan untuk ke surga. Bila kepingan rupiah tidaklah mampu membeli surga, sudah seharusnya kita tidak menjual kejujuran hanya demi materi dunia. Wallahu a'alam

Rabu, 22 April 2009

Kisah Teladan Nabi Nuh a.s. (class 2)


KISAH NABI NUH A.S.

Setelah nabi sebelumnya meninggal dunia, umat Nabi Nuh a.s. kembali syirik dan kafir. Mereka meninggalkan amal kebajikan, melakukan kemungkaran, kejahatan, dan kemaksiatan. Mereka telah terpedaya oleh Iblis. Mereka menyembah berhala. Yaitu, patung-patung yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri. Mereka mengira patung itu dapat membawa kebaikan dan manfaat serta menolak segala kesengsaraan dan kemalangan. Berhala-berhala yang dipertuhankan oleh mereka dianggap mempunyai kekuatan dan kekuasaan. Kadang-kadang mereka menamakan berhala mereka "Wadd" dan "Suwa" kadangkala "Yaguts" dan bila sudah bosan digantinya dengan nama "Yatuq" dan "Nasr".

Nabi Nuh berdakwah kepada kaumnya yang sudah jauh tersesat oleh iblis. Beliau mengajak mereka meninggalkan syirik dan penyembahan berhala. Beliau mengajak mereka kembali kepada tauhid, menyembah Allah Tuhan semesta alam.

Nabi Nuh yang dikurniakan Allah dengan sifat-sifat yang patut dijadikan teladan. Beliau fasih dan tegas. Beliau bijaksana dan sabar dalam melaksanakan tugas risalahnya kepada kaumnya. Beliau sangat lemah lembut dan mengetuk hati nurani kaumnya. Akan tetapi, walaupun Nabi Nuh telah berusaha sekuat tenaga berdakwah kepada kaumnya, hanya sedikit sekali dari kaumnya yang dpt menerima dakwahnya dan mengikuti ajakannya. Orang yang yang mau beriman tidak lebih dari seratus. Mereka kebanyakan terdiri dari orang-orang miskin. Sedangkan orang yang kaya-raya, berkedudukan tingi dan terpandang dalam masyarakat, yang merupakan pembesar-pembesar dan penguasa-penguasa tetap membangkang, tidak mempercayai Nabi Nuh mengingkari dakwahnya. Bahkan, mereka berusaha hendak melumpuhkan dan mengagalkan usaha dakwah Nabi Nuh.

orang-orang kafir itu menghina Nuh. Sebab, para pengikut beliau itu adalah orang-orang yang tidak mempunyai daya fikiran dan ketajaman otak. Mereka menganggap diri mereka sebagai pemuka-pemuka masyarakat yang pandai berfikir. Mereka memiliki kecerdasan otak dan pandangan yang luas. Dan, mereka dipandang masyarakat sebagai pemimpin. Bahkan, mereka menganggap Nuh sebagai pendusta belaka."

Nuh berkata, “Aku hanya seorang manusia yang mendapat amanat. Aku diberi tugas oleh Allah untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kalian. Jika kalian tetap berkeras kepala dan tidak mahu kembali ke jalan yang benar dan menerima agama Allah yang diutuskan-Nya kepadaku. Maka terserahlah kepada Allah untuk menentukan hukuman-Nya dan gajaran-Nya kepada kalian. Aku hanya rasul-Nya yang diperintahkan untuk menyampaikan amanat-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dialah yang berkuasa memberi hidayah kepadamu dan mengampuni dosamu atau menurunkan azab atas kalian. Dialah yang berkuasa menurunkan siksa dan azab di dunia atau menangguhkannya sampai hari kemudian. Dialah Tuhan pencipta alam semesta ini, Maha Kuasa , Maha Mengetahui, maha Pengasih dan Maha Penyayang."

Pada akhirnya, karena merasa tidak berdaya lagi mengingkari kebenaran kata-kata Nabi Nuh dan merasa kehabisan alasan untuk melanjutkan dialog dengan beliau, orang-orang kafir itu berkata, "Wahai Nabi Nuh! Kita telah banyak berdebat dan cukup mendengar dakwahmu yang sudah menjemukan itu. Kami tetap tidak akan mengikutimu dan tidak akan sesekali melepaskan kepercayaan dan adat-istiadat kami sehingga tidak ada gunanya lagi engkau mengulang-ulangi dakwah dan ajakanmu dan bertegang lidah dengan kami. Datangkanlah azab yang engkau katakana, jika engkau benar-benar orang yang menepati janji dengan kata-katamu. Kami ingin melihat kebenaran kata-katamu dan ancamanmu dalam kenyataan. Karena kami masih tetap belum mempercayaimu dan tetap meragukan dakwahmu."


Nabi Nuh Berputus Asa Dari Kaumnya

Nabi Nuh berdakwah selama 950 tahun. Nabi Nuh a.s. mengajak mereka meninggalkan berhala dan kembali menyembah Allah Yang maha Kuasa. Beliau mengajak mereka untuk meninggalkan jalan yang sesat dan gelap ke jalan yang benar dan terang. Akan tetapi, dalam waktu yang cukup lama itu, Nabi Nuh tidak berhasil menyadarkan kaumnya untuk beriman, bertauhid dan beribadat kepada Allah. Hanya sedikit saja dari kaumnya yang tidak mencapai seramai seratus orang. Walaupun ia telah melakukan tugasnya dengan sekuat tenaganya dengan penuh kesabaran dan kesulitan menghadapi penghinaan, ejekan dan cercaan makian kaumnya. Mereka tetap tidak mau mengakui kebenaran.

Harapan Nabi Nuh ternyata makin hari makin berkurang. Bahkan, tak lama kemudian, lenyaplah sisa harapan Nabi Nuh. Beliau tidak bertahan untuk sabar lagi. Beliau selanjutnya memohon kepada Allah agar menurunkan Azab-Nya kepada kaumnya yang keras kepala.

"Ya Allah! Janganlah Engkau biarkan seorang pun dari orang-orang kafir itu hidup dan tinggal di atas bumi ini. Mareka akan berusaha menyesatkan hamba-hamba-Mu. Jika Engkau biarkan mereka tinggal dan mereka tidak akan melahirkan dan menurunkan selain anak-anak yang berbuat maksiat dan anak-anak yang kafir seperti mereka." Demikianlah doa Nabi Nuh a.s. Doa Nabi Nuh dikalbulkan oleh Allah.

Selanjutnya nabi Nuh a.s. menerima perintah Allah untuk membuat sebuah kapal. Nabi Nuh segera mengumpulkan para pengikutnya. Beliau mulai mengumpulkan bahan yang diperlukan untuk membuat bahtera. Nabi Nuh membuat kapal di atas bukit yang sangat jauh dari kota orang-orang kafir. Walaupun demikian, Nabi Nuh tidak luput dari ejekan dan hinaan kaumnya yang kebetulan atau sengaja lewat tempat pembuatan kapal itu. Mereka mengejek dan mengolok-olok dengan mengatakan, "Wahai Nuh! Sejak kapan engkau menjadi tukang kayu dan pembuat kapal? Bukankah engkau seorang nabi dan rasul menurut pengakuanmu? Kenapa sekarang menjadi seorang tukang kayu dan pembuat kapal? Dan kapal yang engkau buat itu di tempat yang jauh dari air ini adalah maksudmu untuk ditarik oleh kerbau ataukah mengharapkan angin yang akan menarik kapalmu ke laut? " Dan lain-lain kata ejekan yang diterima oleh Nabi Nuh dengan sikap dingin dan tersenyum seraya menjawab,"Baiklah tunggu saja saatnya nanti, jika kamu sekarang mengejek dan mengolok-olok kami, maka akan tibalah masanya kelak kami akan mengejek kamu. Dan kamu akan tahu kelak untuk apa kapal yang kami siapkan ini.Tunggulah saatnya azab dan hukuman Allah menimpa kamu."

Kapal telah selesai dibuat. Nabi Nuh diperintah Allah untuk mengangkut orang-orang beriman dan binatang secara berpasang-pasangan. Tak lama kemudian, air turun dari langit dan memancur dari bumi. Dalam sekejab mata, air telah menjadi banjir besar melanda seluruh kota dan desa. Banjir menggenangi seluruh daratan. Bahkan gunung-gunung dan bukit pun tergenangi oleh air. Semuanya tenggelam kecuali kapal nabi Nuh dan isinya.

Dengan iringan"Bismillah majraha wa mursaha" belayarlah kapal Nabi Nuh. Orang-orang kafir kalang kabut diterjang dan dihanyutkan air banjir. Tiba-tiba terlihatlah tubuh putera sulung nabi Nuh yang bernama "Kan'an". Nabi Nuh secara spontan, terdorong oleh suara hati kecilnya berteriak dengan sekuat suaranya memanggil puteranya, Wahai anakku! Datanglah kemari dan gabungkan dirimu bersama keluargamu. Bertaubatlah engkau dan berimanlah kepada Allah agar engkau selamat dan terhindar dari bahaya maut yang engkau menjalani hukuman Allah."

Kan'an, putera Nabi Nuh, yang tersesat dan telah terkena racun rayuan syaitan dan hasutan kaumnya yang sombong dan keras kepala itu menolak dengan keras ajakan dan panggilan ayahnya yang menyayanginya dengan kata-kata yang menentang:"Biarkanlah aku dan pergilah, jauhilah aku, aku tidak sudi berlindung di atas geladak kapalmu aku akan dapat menyelamatkan diriku sendiri dengan berlindung di atas bukit yang tidak akan dijangkau oleh air bah ini."

Nuh menjawab, "Percayalah bahwa tempat satu-satunya yang dapat menyelamatkan engkau ialah bergabung dengan kami di atas kapal ini. Masa tidak akan ada yang dapat melepaskan diri dari hukuman Allah yang telah ditimpakan ini kecuali orang-orang yang memperolehi rahmat dan keampunan-Nya."

Setelah Nabi Nuh mengucapkan kata-katanya tenggelamlah Kan'aan disambar gelombang yang ganas dan lenyaplah ia dari pandangan mata ayahnya. Dia tergelincir dalam lautan air mengikut kawan-kawannya dan pembesar-pembesar kaumnya yang durhaka itu.

Nabi Nuh bersedih hati dan berdukacita atas kematian puteranya dalam keadaan kafir tidak beriman dan belum mengenal Allah. Beliau berkeluh-kesah dan berseru kepada Allah:"Ya Tuhanku, sesungguhnya puteraku itu adalah darah dagingku dan adalah bahagian dari keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu adalah janji benar dan Engkaulah Maha Hakim yang Maha Berkuasa."Kepadanya Allah berfirman, "Wahai Nuh! Sesungguhnya dia puteramu itu tidaklah termasuk keluargamu, karena ia telah menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu menolak dakwahmu dan mengikuti jejak orang-orang yang kafir drp kaummu.Coretlah namanya dari daftar keluargamu. Hanya mereka yang telah menerima dakwahmu mengikuti jalanmu dan beriman kepada-Ku dapat engkau masukkan dan golongkan ke dalam barisan keluargamu yang telah Aku janjikan perlindungannya danterjamin keselamatan jiwanya. Adapun orang-orang yang mengingkari risalahmu, mendustakan dakwahmu dan telah mengikuti hawa nafsunya dan tuntutan Iblis, pastilah mereka akan binasa menjalani hukuman yang telah Aku tentukan walau mereka berada dipuncak gunung. Maka janganlah engkau sesekali menanyakan tentang sesuatu yang engkau belum ketahui. Aku ingatkan janganlah engkau sampai tergolong ke dalam golongan orang-orang yang bodoh."

Nabi Nuh sedar segera setelah menerima teguran dari Allah bahwa cinta kasih sayangnya kepada anaknya telah menjadikan ia lupa akan janji dan ancaman Allah terhadap orang-orang kafir termasuk puteranya sendiri. Ia sedar bahawa ia tersesat pd saat ia memanggil puteranya untuk menyelamatkannya dari bencana banjir yang didorong oleh perasaan naluri darah yang menghubungkannya dengan puteranya padahal sepatutnya cinta dan taat kepada Allah harus mendahului cinta kepada keluarga dan harta-benda. Ia sangat sesalkan kelalaian dan kealpaannya itu dan menghadap kepada Allah memohon ampun dan maghfirahnya dengan berseru:"Ya Tuhanku aku berlindung kepada-Mu dari godaan syaitan yang terlaknat, ampunilah kelalaian dan kealpaanku sehingga aku menanyakan sesuatu yang aku tidak mengetahuinya. Ya Tuhanku bila Engkau tidak memberi ampun dan maghfirah serta menurunkan rahmat bagiku, nescaya aku menjadi orang yang rugi."

Setelah air bah itu mencapai puncak keganasannya dan habis binasalah kaum Nuh yang kafir dan zalim sesuai dengan kehendak dan hukum Allah, surutlah lautan air diserap bumi kemudian bertambatlah kapal Nuh di atas bukit "Judie" dengan iringan perintah Allah kepada Nabi Nuh: "Turunlah wahai Nuh ke darat engkau dan para mukmin yang menyertaimu dengan selamat dilimpahi barakah dan inayah dari sisi-Ku bagimu dan bagi umat yang menyertaimu."

Kisah teladan Nabi HUD a.s.

KISAH NABI HUD A.S.

Setelah Nabi Nuh a.s. dan para pengikutnya yang beriman diselamatkan Allah dari banjir dahsyat. Sedangkan semua orang kafir musnah. Orang-orang beriman yang selamat ini semakin tebal iman mereka. Mereka semakin percaya kepada Nabi Nuh dan ajarannya.

Manusia hidup rukun dan damai. Mereka hidup dengan penuh keimanan dan ketaqwaan. Mereka hidup senang, tenang dan bahagia. Namun, beberapa abad kemudian, anak cucu atau keturunan mereka mulai melupakan ajaran Nabi Nuh a.s. Mereka mulai terpedaya oleh oleh tipu muslihat Setan dan Iblis yang selalu menggoda mereka. Akhirnya seluruh manusia menjadi lupa sama sekali kepada Allah Pencipta yang
diajarkan oleh Nabi Nuh.

Kemudian mereka berkembang biak menjadi manusia banyak. Mereka hidup terpancar di segenap pelosok bumi. Mereka menjadi berbagai suku kaum dan bangsa. Bahkan, antar satu sama lain sudah tak kenal lagi, masing-masing golongan, suku dan bangsa berkembang menurut adat kebiasaan atau tradisi masing masing. Yang satu ingin lebih kaya, lebih kuat dari yang lain. Akhirnya yang kaya memeras terhadap si miskin, dan yang kuat menindas terhadap yang lemah.

Bersamaan dengan lenyapnya keimanan terhadap Allah, lenyap pulalah ketenteraman dan kebahagiaan hidup mereka. Berbagai maksiat dan kejahatan meraja lela. Kepercayaan yang sesat dan menyesatkan ada dimana-mana. Mereka sudah lupa terhadap Allah. Akhirnya mereka membuat patung berhala. Patung itu menurut mereka yang dapat menyelamatkan mereka dari segala kesusahan dan bahaya. Patung atau berhala itu mereka hormati. Mereka mengagungkannya. Mereka puji lalu sembah. Dan, patung patung itulah 'tuhan', kata mereka.

Kaum yang paling durhaka dan kafir pada zaman itu adalah kaum ‘Ad. Mereka berada di negeri Ahqaf. Yaitu antara Yaman dan Oman. Daerah itu sekitar negeri Arab. Bangsa 'Ad ini sangat terkenal memiliki tubuh besar. Mereka sangat kuat. Mereka tinggal di tanah yang subur. Masing-masing mempunyai kebun yang luas. Hasil mereka berlipat ganda. Dengan kekayaan yang melimpah ruah itu, mereka dapat membuat rumah dan istana
tempat tinggal masing masing. Mereka terkenal sebagai bangsa arsitektur yang hebat. Sayangnya, karena kebahagiaan hidup yang berlimpah itu, mereka lupa akan asal usul kejadian mereka. Mereka tidak tahu dari mana asalnya segala nikmat dan rahmat yang berlimpah ruah itu.

Akal mereka menjadi tumpul. Mereka berterima kasih atas semua nikmat dan rahmat itu kepada batu patung itu. Mereka minta tolong bila ditimpa kesusahan dalam hidup mereka.

Selanjutnya Allah mengutus seorang Nabi dari bangsa 'Ad itu sendiri. Namanya Nabi Hud. Seorang yang berlapang dada. Beliau berbudi mulia. Beliau penyayang dan penyantun. Beliau sangat sabar. Nabi Hud a.s. mengajari kaum 'Ad bahwa Tuhan yang sebenarnya adalah Allah swt. Sedang batu batu yang mereka sembah dan cintai itu tidak memiliki kekuasaan apapun. Patung itu tidak dapat memberi manfaat atau bahaya. Mereka tidak bisa berbuat apapun. Allahlah yang selayaknya disembah dan dipuja. Sebab, Allahlah yang member rezeki. Dialah yang menghidupkan dan mematikan manusia. Dialah yang menumbuhkan tumbuh tumbuhan dan mendatangkan berbagai nikmat. Demikianlah kata Nabi Hud a.s.

Seruan dan ajakan Nabi Hud a.s. ini tidak dihiraukan oleh kaum 'Ad. Mereka membantah dan menolak beliau. Mereka membangga-banggakan kekayaan dan kepintaran mereka sendiri. Nabi Hud a.s. berkata, “Semua orang yang sudah mati, kelak akan dihidupkan kembali di Akhirat. Mereka akan diperhitungkan kejahatan dan kebaikannya. Orang yang jahat akan disiksa dan orang yang baik akan dibahagiakan dalam Syurga yang disediakan Tuhan.”

Mereka tidak percaya ucapan Nabi Hud a.s. Mereka menuduh Nabi Hud mengarang cerita. Bahkan, Nabi Hud dianggap oleh mereka sebagai orang yang sangat bodoh. Mereka tidak percaya bahwa Hud adalah utusan Allah.

Meskipun mereka mengejek Nabi Hud, beliau tidak marah. Beliau tetap sabar. Bahkan, Hud terus mengajak mereka untuk beriman kepada Allah. Mereka tidak mau berhenti berbuat durhaka dan jahat. Mereka sangat takabur.

Nabi Hud mengingatkan mereka bahwa jika mereka tidak beriman, Allah akan menurunkan azab kepada orang yang kafir. Mereka tidak peduli ancaman Hud. Bahkan, mereka menantang untuk didatangkan azab dari Allah. Selanjutnya, selama tiga tahun negeri itu kekeringan. Tidak ada sedikitpun hujan yang turun. Mereka kepanasan dan kekeringan.

Lagi-lagi Hud mengajak mereka untuk bertaubat. Namun, mereka tetap tidak mau beriman. Pada suatu hari terbentanglah di langit awan hitam yang panjang. Awan itu melintang di tengah tengah langit. Orang-orang kafir menyangka bahwa awan itu pertanda sebentar lagi hujan akan turun hujan. Tetapi, Nabi Hud berkata kepada mereka: "Itu bukan awan rahmat, melainkan awan yang membawa angin kencang yang akan menewaskan kalian. Angin yang penuh dengan azab yang sangat pedih."

Tak lama kemudian angin dahsyat berhembus. Binatang ternak mereka yang sedang berkeliaran di
padang pasir terbang disapu bersih oleh angin entah ke mana perginya. Mulalah mereka takut. Mereka berlompatan lari masuk ke dalam rumah mereka masing masing. Mereka tutup pintu, untuk berlindung diri. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk bertahan agar tetap selamat dan tidak diterbangkan angin. Namun, rumah mereka akhirnya juga hancur dan berantakan beterbangan diterjang oleh angin topan yang panas dan petir.

Tujuh malam dan delapan hari lamanya angin panas itu bertiup dengan dahsyat. Jangankan manusia dan binatang-binatang serta tumbuh tumbuhan, batu besar dan gunung pun lenyap diterjang oleh angin. Apalagi patung yang mereka sembah selama ini.

Firman Allah: "Tidaklah Tuhan akan mencelakakan satu negeri dengan satu petaka, sedang penduduknya berbuat baik baik."

Anehnya, Nabi Hud dan pengikutnya yang beriman tetap di rumah. Mereka sama sekali tidak merasakan sedikit pun bahaya angin panas topan yang begitu dahsyat selama seminggu berturut turut itu. Akhirnya
Nabi Hud pindah tempat karena negeri itu sudah menjadi padang gersang yang panas. Nabi Hud a.s. pindah ke Hadhramaut. Dan, di sanalah beliau hidup sampai wafat.

Senin, 23 Maret 2009

Kisah Nabi Musa a.s. (class 2)


KISAH NABI MUSA A.S. DAN KHIDIR A.S.

Salah satu kisah Al-Qur'an yang sangat mengagumkan dan dipenuhi dengan misteri adalah, kisah seseorang hamba Allah SWT. Kisah tersebut terdapat dalam surah al-Kahfi di mana ayat-ayatnya dimulai dengan cerita Nabi Musa, yaitu:
"Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: 'Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan-jalan sampai bertahun-tahun." (QS. al-Kahfi: 60)
Kalimat yang samar menunjukkan bahwa Musa telah bertekad untuk meneruskan perjalanan selama waktu yang cukup lama kecuali jika beliau mampu mencapai majma' al-Bahrain (pertemuan dua buah lautan).

Seandainya tempat itu harus disebutkan niscaya Allah SWT akan rnenyebutkannya. Namun Al-Qur'an al-Karim sengaja menyembunyikan tempat itu, sebagaimana Al-Qur'an tidak menyebutkan kapan itu terjadi.
Namun dalam kisah ini, beliau menjadi seorang pencari ilmu yang sederhana yang harus belajar kepada gurunya dan sabar menahan penderitaan selama belajar bersama beliau. Lalu, siapakah gurunya? Dia adalah seorang hamba yang tidak disebutkan namanya dalam Al-Qur'an meskipun dalam hadis yang suci disebutkan bahwa ia adalah Khidir as.
Mula-mula Khidir menolak ditemani oleh Musa. Khidir memberitahu Musa bahwa ia tidak akan mampu bersabar bersamanya. Akhirnya, Khidir mau ditemani oleh Musa tapi dengan syarat, hendaklah ia tidak bertanya tentang apa yang dilakukan Khidir sehingga Khidir menceritakan kepadanya.

Sebagian tindakan yang dilakukan oleh Khidir jelas-jelas dianggap sebagai kejahatan di mata Musa. Tindakan itu justru membuat Musa bingung dan membuatnya menentang. Meskipun Musa memiliki ilmu yang tinggi dan kedudukan yang luar biasa namun beliau mendapati dirinya dalam keadaan kebingungan melihat perilaku hamba yang mendapatkan karunia ilmu dari Allah SWT.
Para ulama berbeda pendapat berkenaan dengan Khidir. Sebagian mereka mengatakan bahwa ia seorang wali dari wali-wali Allah SWT. Sebagian lagi mengatakan bahwa ia seorang nabi.

Nabi Musa as adalah berasal dari Bani Israil. Ia mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT dan menceritakan kepada mereka tentang kebenaran. Setelah beliau menyampaikan dakwahnya, salah seorang Bani Israil bertanya: "Apakah ada di muka bumi seseorang yang lebih tinggi ilmunya darimu, wahai Nabi Allah?" Musa menjawab: "Tidak ada."

Allah SWT tidak setuju dengan jawaban Musa. Lalu Allah SWT mengutus Jibril kepada Musa kemudian berkata kepadanya, "Sesungguhnya Allah SWT mempunyai seorang hamba yang berada di majma' al-Bahrain (pertemuan dua laut) yang lebih tinggi ilmunya daripada kamu." Kemudian Nabi Musa a.s. mendapatkan perintah untuk belajar darinya dengan dan membawa ikan di keranjang. Ikan itu akan menjadi petunjuk jalan menuju tempat pertemuan beliau dengan Khidir.

Akhirnya, Musa pergi guna mencari ilmu dan beliau ditemani oleh seorang pembantunya yang masih muda. Pemuda itu bernama Yusa. Mereka selanjutnya sampai di suatu batu di sisi laut. Musa tidak kuat lagi menahan rasa kantuk sedangkan pembantunya masih bergadang. Angin bergerak ke tepi lautan sehingga ikan itu bergerak dan hidup lalu melompat ke laut. Melompatnya ikan itu ke laut sebagai tanda yang diberitahukan Allah SWT kepada Musa tentang tempat pertamuannya dengan hamba yang shaleh tersebut. Musa bangkit dari tidurnya dan tidak mengetahui bahwa ikan yang dibawanya telah melompat ke laut sedangkan pembantunya lupa untuk menceritakan peristiwa yang terjadi. Lalu Musa bersama pemuda itu melanjutkan perjalanan dan mereka lupa terhadap ikan yang dibawanya. Kemudian Musa ingat pada makanannya dan ia telah merasakan keletihan. Ia berkata kepada pembantunya: "Coba bawalah kepada kami makanan siang kami, sungguh kami telah merasakan keletihan akibat dari perjalanan ini."

Pembantunya mulai ingat tentang apa yang terjadi. Ia pun mengingat bagaimana ikan itu melompat ke lautan. Ia segera menceritakan hal itu kepada Nabi Musa. Ia meminta maaf kepada Nabi Musa karena lupa menceritakan hal itu. Setan telah melupakannya. Keanehan apa pun yang menyertai peristiwa itu, yang jelas ikan itu memang benar-benar berjalan dan bergerak di lautan dengan suatu cara yang mengagumkan. Nabi Musa merasa gembira melihat ikan itu hidup kembali di lautan dan ia berkata: "Demikianlah yang kita inginkan." Melompatnya ikan itu ke lautan adalah sebagai tanda bahwa di tempat itulah mereka akan bertemu dengan seseorang lelaki yang shaleh dan ilmunya tinggi. Nabi Musa dan pembantunya kembali dan menelusuri tempat yang dilaluinya sampai ke tempat yang di situ ikan yang dibawanya bergerak dan menuju ke lautan.
"Maka tatkala mereka berjalan sampai ke pertemuan dua buah laut itu, maka mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu. Tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: 'Bawalah ke rnari makanan kita; sesungguhnya kita merasa letih karena perjalanan hita ini.' Muridnya menjawab: 'Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali setan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali.' Musa berkata: 'Itulah (tempat) yang kita cari; lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. " (QS. al-Kahfi: 61-65)

Di tempat itulah Nabi Musa bertemu Khidir. Begitu Musa menyampaikan maksudnya, yaitu ingin belajar ilmu darinya. Khidir meragukan kesabaran Nabi Musa. Khidir berkata, ”Wahai Musa, engkau tidak akan mampu sabar untuk menanggung derita dalam memperoleh ilmu itu”. Meskipun demikian, Musa terus berharap kepada Khidir untuk mengizinkannya belajar darinya. Musa berkata kepadanya bahwa insya Allah ia akan mendapatinya sebagai orang yang sabar dan tidak akan menentang sedikit pun.
Kemudian Khidir mengajukan persyaratan. Yaitu, Musa tidak boleh bertanya sesuatu pun sehingga pada saatnya nanti sehingga Khidir sendiri yang akan memberitahunya. Musa sepakat atas syarat tersebut. Kemudian mereka pun pergi. Perhatikanlah firman Allah SWT dalam QS. al-Kahfi: 66-70.

Musa pergi bersama Khidir. Mereka berjalan di tepi laut. Kemudian terdapat perahu yang berlayar. Pemilik perahu mengenal Khidir. Lalu Dia pun membawa Khidir beserta Musa, tanpa meminta upah sedikit pun kepadanya. Ini sebagai bentuk penghormatan kepada Khidir. Namun Musa dibuat terkejut ketika perahu itu berlabuh dan ditinggalkan oleh para pemiliknya, Khidir melobangi perahu itu.
Musa pun heran melihat perbuatan Khidir. Tindakan Khidir di mata Musa adalah tindakan yang tercela. Selanjutnya Musa pun berkata, ”Sungguh pemilik perahu ini telah mengangkut kita tanpa meminta upah. Kenapa engkau melobangi perahunya? Sungguh engkau telah melakukan sesuatu yang tercela." Mendengar pertanyaan lugas Musa, hamba Allah SWT itu menoleh kepadanya dan menunjukkan bahwa usaha Musa untuk belajar darinya menjadi sia-sia karena Musa tidak mampu lagi bersabar. Musa meminta maaf kepada Khidir karena ia lupa dan mengharap kepadanya agar memberikan kesempatan lagi untuk mengikutinya.

Kemudian mereka berdua berjalan melewati suatu kebun yang dijadikan tempat bermain oleh anak-anak kecil. Tiba-tiba, Musa dibuat terkejut ketika melihat hamba Allah SWT ini membunuh anak kacil itu. Musa dengan lantang bertanya kepadanya tentang kejahatan yang baru saja dilakukannya, yaitu membunuh anak laki-laki yang tidak berdosa. Hamba Allah SWT itu kembali mengingatkan Musa bahwa ia tidak akan mampu bersabar bersamanya. Musa meminta maaf kepadanya karena lagi-lagi ia lupa. Musa berjanji tidak akan bertanya lagi. Musa meminta lagi kesempatan terakhir untuk menemaninya. Mereka pun pergi dan meneruskan perjalanan. Mereka memasuki suatu desa yang sangat pelit penduduknya. Musa tidak mengetahui mengapa mereka berdua pergi ke desa itu dan mengapa tinggal dan bermalam di sana. Makanan yang mereka bawa habis, lalu mereka meminta makanan kepada penduduk desa itu, tetapi penduduk itu tidak mau memberi dan tidak mau menjamu mereka.

Kemudian datanglah waktu sore. Kedua orang itu ingin beristirahat di sebelah dinding yang hampir roboh. Musa dibuat terkejut ketika melihat hamba itu berusaha membangun dinding yang nyaris roboh itu. Bahkan ia menghabiskan waktu malam untuk memperbaiki dinding itu dan membangunnya seperti baru. Musa sangat heran melihat tindakan gurunya. Bagi Musa, desa yang bakhil itu seharusnya tidak layak untuk mendapatkan pekerjaan yang gratis ini. Musa berkata: "Seandainya engkau mau, engkau bisa mendapat upah atas pembangunan tembok itu." Mendengar perkataan Musa itu, hamba Allah SWT itu berkata kepadanya: "Ini adalah batas perpisahan antara dirimu dan diriku." Hamba Allah SWT itu mengingatkan Musa tentang pertanyaan yang seharusnya tidak dilontarkan dan ia mengingatkannya bahwa pertanyaan yang ketiga adalah akhir dari pertemuan.

Kemudian hamba Allah SWT itu menceritakan kepada Musa dan membongkar kebingungan Musa. Setiap tindakan yang membuat Musa bingung bukanlah hasil rekayasa dari kemauan sendiri. Dia hanya menjalankan kehendak Tuhan Yang Maha Tinggi. Hal inilah yang tidak diketahui oleh Musa. Meskipun Musa memiliki ilmu yang sangat luas tetapi ilmunya tidak sebanding dengan ilmu Khidir. Ilmu Musa laksana setetes air dibandingkan dengan ilmu Allah SWT. Ilmu Musa hanya sebesar air yang terdapat pada paruh burung yang mengambil dari lautan. Allah SWT berfirman, QS. al-Kahfi: 71-82.

Hamba saleh itu menyingkapkan dua hal pada Musa. Dia memberitahunya bahwa ilmu Musa sangat terbatas. Kemudian dia memberitahunya bahwa di balik kejadian di bumi justru terdapat rahmat yang besar. Pemilik perahu itu akan menganggap bahwa usaha melobangi perahu mereka merupakan suatu bencana bagi mereka tetapi sebenarnya di balik itu terdapat kenikmatan, yaitu kenikmatan yang tidak dapat diketahui kecuali setelah terjadinya peperangan di mana raja akan memerintahkan untuk merampas perahu-perahu yang masih bagus. Raja itu akan membiarkan perahu-perahu yang rusak.

Demikian juga orang tua anak kecil yang terbunuh itu akan menganggap bahwa terbunuhnya anak kecil itu sebagai musibah, namun kematiannya justru membawa rahmat yang besar bagi mereka. Sebab, anak itu kelas jika sudah dewasa akan memaksa orang tuanya yang shaleh supaya menyembah berhala dan ingkar kepada Allah. Selain itu, kelak Allah SWT akan mengganti anak yang terbunuh itu dengan anak yang lebih baik yang dapat menjaga mereka.

Sedangkan rumah reot itu adalah rumah milik anak yatim piatu. Di bawah bangunan rumah itu terdapat harta peninggalah orang tua mereka. Sedangkan kedua orang tua mereka adalah orang yang shaleh.
Mula-mula Nabi Allah SWT Musa menentang dan mempersoalkan tindakan hamba Allah SWT tersebut, kemudian ia menjadi mengerti ketika hamba Allah SWT itu menyingkapkan kepadanya maksud dari tindakannya .
Sekarang, Musa mendapatkan keyakinan yang luar biasa. Musa telah belajar dari mereka dua hal: yaitu ia tidak merasa bangga dengan ilmunya. Dan Musa belajar kesabaran dari Khidir. Itulah pelajaran yang diperoleh Nabi Musa as dari hamba ini.

Kamis, 26 Februari 2009

KIsah Nabi Yunus a.s. (Class 3)


KISAH NABI YUNUS AS DAN PELAJARAN YANG DIPETIK

Nabi Yunus a.s. adalah seorang nabi utusan Allah yang diutus untuk berdakwah kepada penduduk Ninawa bagian dari negeri Muashil. Beliau mengajak penduduk tersebut supaya beribadah kepada Allah Ta’ala. Akan tetapi, mereka menolaknya. Bahkan, mereka menghina, mengejek, dan mau membunuh nabi Yunus a.s.

Meskipun demikian, Nabi Yunus masih terus mengajak mereka menyembah Allah. Karena hanya sedikit saja yang mau menerima ajakan (dakwah) nabi, maka beliau pergi meninggalkan mereka dan kurang sabar dalam menghadapi mereka. Padahal, Allah belum mengizinkan beliau meninggalkan mereka. Akan tetapi, beliau tetap pergi meninggalkan mereka karena marah.

Allah Ta’ala berfirman, “Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Nabi Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah ….” (QS Al-Anbiya’: 87).
Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman, “(Ingatlah) ketika ia lari, ke kapal yang penuh muatan.” (QS Ash-Shaffat: 140).

Kemudian Nabi Yunus AS menaiki kapal yang dipenuhi penumpang dan muatan. Ketika mereka berada di tengah-tengah lautan, angin badai dating menggoncang-goncangkan kapal itu. Kapal itu pun miring dan hampir tenggelam karena kebanyakan penumpang. Solusi yang harus diambil agar semua penumpang selamat adalah mengurangi sebagian isi kapal agar kapal itu menjadi ringan dan menyelamatkan sisa penumpangnya.
Setelah terjadi kesepakatan, mereka mengundi nama-nama seluruh penumpang. Nama yang muncul dalam undian, dia harus terjun ke dalam laut. Ternyata nama yang muncul dalam undian adalah nabi Yunus. Hingga diulang tiga kali, nama nabi Yunus tetap muncul dalam undian. Hal ini seperti yang disebutkan dalam al-Qur’an, “kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah untuk undian.” (QS Ash-Shaffat: 141).

Nabi Yunus adalah seorang yang sportif. Beliau bersedia menjalani konsekwensi, yaitu terjun ke laut. Tak lama setelah beliau terjun, seekor ikan besar menelannya.
Nabi Yunus a.s. pun berada dalam perut ikan. Keadaan dalam perut ikan sangat gelap. Beliau tak henti-henti berdzikir dan beristighfar memohon ampunan Allah. “Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zhalim.” (QS Al-Anbiya’: 87). Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada ikan itu supaya memuntahkan Nabi Yunus a.s. di daerah yang tandus.

Kemudian Allah SWT memerintahkan Nabi Yunus a.s. supaya kembali ke kaumnya, agar ia mengajari dan berdakwah kepada mereka. Penduduk negeri itu memenuhi seruan beliau. Mereka kemudian banyak yang beriman, sehingga Allah pun memberikan mereka karunia dan keni’matan hidup.

Pelajaran berharga:
Dalam kisah ini, Allah telah menegur sikap Nabi Yunus a.s. yang lemah (tidak sabar) dengan cara memberikan badai besar serta memenjarakan beliau di dalam perut seekor ikan besar sebagai penebus kesalahannya.
Kisah ini juga mengajarkan kita bahwa Nabi Yunus adalah seorang pahlawan yang sportif, mau mengakui kesalahan, dan rela berkorban demi keselamatan orang banyak. Beliau juga senantiasa berdzikir, beristighfar, memohon ampun kepada Allah atas kesalahan yang diperbuatnya. Berkaitan dengan ini Allah berfirman “Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.” (QS Ash-Shaffat: 143-144).

Atas kuasa Allah, Nabi Yunus yang seantiasa berdzikir dalam perut ikan besar, diberi mukjizat “mampu bertahan hidup dalam perut ikan tersebut”, meskipun tidak makan dan minum berhari-hari.

Pertanyaan:
1) Negeri apakah tempat Nabi Yunus diperintahkan untuk berdakwah?
2) Kenapa Nabi Yunus diperintahkan untuk berdakwah ke negeri itu?
3) Kenapa tidak ada seorang pun yang mau beriman kepada Nabi Yunus?
4) Apa kesalahan Nabi Yunus sehingga mendapat teguran dari Allah?
5) jelaskan teguran Allah untuk Nabi Yunus!
6) Apa mukjizat Nabi Yunus?
7) Apakah mukjizat Nabi Yunus?



.