Nabi Ismail a.s.
Sebagai layaknya keluarga, Nabi Ibrahim a.s. dan istrinya mendambakan seorang anak. Tahun demi tahun berlalu, mereka belum juga diberikan keturunan. Namun akhirnya, Allah Swt mengkaruniai mereka seorang anak laki-laki yang diberi nama Ismail a.s.. Ibrahim a.s. sangat mencintai Ismail a.s. Kendari demikian, demi menjalankan perintah Allah Swt, Nabi Ibrahim a.s. rela meninggalkan anak kesayangan dan istri tercintanya yang bernama Siti Hajar. Mereka berdua ditinggalkan di tengah tanah tandus dekat Mekkah. Nabi Ibrahim pergi menuju Palestina.
Menit demi menit berlalu. Hari demi hari berganti. Persediaan air Siti Hajar pun mulai menipis. Bahkan air susunya pun mulai jarang keluar. Ismail, bayi kesayangannya pun kehausan. Sebagai seorang ibu yang sangat sayang kepada anaknya, Siti Hajar berusaha mencari air minum kemana-mana. Bukit demi bukit dia daki. Gunung demi gunung dia lalui. Namun, air itu tak kunjung ditemukan juga. Tangis kehausan Ismail pun semakin menambah pilu rasa hati Siti Hajar.
Siti Hajar pun berlarian kecil menyusuri bukit Shafa dan Marwah. Dia berlarian bolak-balik hingga sebanyak tujuh kali. (peristiwa ini dalam ibadah haji disebut sa’i). Namun lagi-lagi, air itu tak juga didapatkannya. Akhirnya, sang ibu meletakkan Ismail di atas tanah tandus itu dan membaringkannya. Dia tidak ingin melihat bayinya keletihan akibat digendongnya kemana-mana. Sang ibu kemudian tetap akan berusaha mencari air ke tempat yang lebih jauh. Tapi sayang, sang ibu tak menemukan air juga. Dengan langkah penuh penyesalan, sang ibu kembali ke tempat semula untuk menemui anaknya.
Sesampainya ke tempat Ismail, sang ibu sangat terkejut sekaligus haru dan menangis bahagia. Air yang dicarinya kemana-mana, namun tak ditemukannya, kini menyembur deras dari tanah dekat kaki anaknya. Air itu rupanya menyembur karena hentakan kaki Ismail. Subhanallah, air itu terus memancar tiada henti. (Inilah salah satu mukjizat nabi Ismail). Sang ibu pun mengumpulkan air itu, seraya mengatakan “zam zam”. Zam zam artinya berkumpul. Selanjutnya, air itu dinamakan dengan Air Zam Zam.
Pertanyaan:
1) Siapakah nama ayah dan ibu Nabi Ismail?
2) Peristiwa apakah yang dinamakan sa’i dalam ibadah haji?
3) Apakah mukjizat nabi Ismail?
4) Mengapa air minum nabi Ismail ketika bayi itu dinamakan zam zam?
5) Sebutkan sikap-sikap teladan dari kisah nabi Ismail!
6) Mengapa Siti Hajar berlari-lari dari bukit Shafa ke bukit Marwah hingga 7 kali?
Pengorbanan Nabi Ismail a.s. dan Nabi Ibrahim a.s.
Beberapa tahun kemudian, nabi Ismail tumbuh berkembang menjadi anak yang sehat, cerdas, dan shaleh. Ketika itu Ismail berusia sekitar tujuh atau delapan tahun. Suatu malam Ibrahim a.s. mendengar suara dalam mimpinya, “Allah Swt memerintahkan kepadamu untuk mengorbankan anakmu, Ismail.” Ibrahim a.s telah bermimpi itu sebanyak tiga kali. Beliau percaya bahwa mimpi itu benar dari Allah Swt. Oleh karenanya, mimpi itu wajib dilaksanakan.
Ibrahim mulai menangis bersedih dan berkata, “Ya Allah! Bagaimana saya bisa melakukannya?” Ismail, memang seperti manusia lainnya. Suatu hari dia pasti akan meninggal. Jika kematiannya alami, Aku tentu akan dapat menanggungnya. Akan tetapi, mengapa Allah Swt memintaku untuk menyembelih anakku dengan tanganku sendiri? Bagaimana Aku bias tega menyembelih anak kesayanganku, Ismail?”
Ibrahim a.s. telah mencoba selama berminggu-minggu, dengan hari-hari penuh kesedihan, mencari jalan keluar. Pasalnya, Allah Swt tidak menentukan waktu pengorbanan itu harus dilakukan. Ibrahim membiarkan waktu berlalu. Tak lama kemudian, Ismail tumbuh berkembang menjadi seorang anak remaja. Namun, dengan semakin bertambah besarnya Ismail a.s., hati Ibrahim semakin merasakan kesediahan yang mendalam. Walaupun demikian, Ibrahim perasaannya dalam hatinya. Ia menyaksikan anaknya semakin bertambah besar, dengan penuh cinta ia merawatnya dan menunggu sampai Ismail bisa berjalan dan berlari. Ia lalu berkata, “Sekarang waktunya telah tiba, untuk melaksanakan perintah itu”.
Ibrahim lalu menceritakan mimpinya pada isterinya, Siti Hajar dan anaknya Ismail. “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" (QS. Ash-Shaffat: 102). Ibrahim meminta pendapat kepada anaknya, karena beliau ingin memberi kesempatan pada anak laki-lakinya untuk memutuskan sendiri apa yang menjadi pilihannya. Ketika itu Ismail telah mencapai usia remaja. Dengan berkata seperti itu, hati Ibrahim yang lembut bergetar.
Ismail adalah anak yang bijaksana dan patuh pada orang tuanya. Selain itu, dia juga sangat patuh kepada perintah Allah. Karenanya, Ismail menjawab pertanyaan ayahnya: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (QS. Ash-Shaffat: 102). Ibrahim menatap anak laki-lakinyayang telah mengungkapkan keikhlasan dan ketulusannya pengabdiannya pada Allah Swt.
Ibrahim lalu membawa anaknya ke puncak sebuah gunung. Ia menutup kedua mata anaknya dengan sebuah kain, supaya ia tidak melihat tajamnya pedang. Kedua tangannya pun diikat. Setelah keduanya berserah diri pada Allah untuk melaksanakan perintah-Nya, Ibrahim membaringkan Ismail di atas sebuah batu cadas. Kemudian beliau berkata: “Ya Allah! Saya akan melaksanakan apa yang Engkau perintahkan padaku!” Dengan menyebut, “Bismillahirrahmanirrahim Allaahu Akbar”, Ibrahim segera meletakkan pedang di atas leher anaknya untuk menyembelihnya.
Iblis tidak tinggal diam melihat ketulusan dan kepatuhan Ibrahim, istri, dan anaknya. Dia kemudian menyamar sebagai seorang manusia. Dia berusaha untuk membujuk dan menghalang-halangi mereka bertiga supaya tidak jadi menjalankan perintah Allah Swt. Akan tetapi, Ibrahim segera melemparinya dengan kerikil. Iblis mengganggu mereka hingga tiga kali. Oleh karena itu, peristiwa ini kemudian menjadi symbol dari “melempar jumrah” dalam ibadah haji di Mekkah.
Lalu terjadilah hal yang luar biasa. Jika dahulu Ibrahim tidak terbakar oleh panas api yang dinyalakan Raja Namrud yang jahat, maka sekarang pedang itu tidak memotong leher Ismail. Dalam sekejap mata, ketika pedang hendak menyentuh kulit Ismail, terdengarlah Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah melaksanakan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata”. (QS. Ash Shaffat: 104-106).
Tiba-tiba datanglah Malaikat dengan membawa seekor domba jantan yang besar dan berkata pada Ibrahim ‘Alaihis Salam : “Ini adalah qurbanmu. Sembelihlah domba ini sebagai pengganti Ismail ‘Alaihis Salam, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan demikian.” Dalam QS. Ash Shaaffaat 107-109 Allah Subhanahu berfirman: “Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu)"Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim".
Ibrahim segera menyembelih domba jantan itu dan bersyukur pada Allah Swt, karena telah menyelamatkan anaknya, Ismail a.s. Sejak itu para muslim dan muslimah disyariatkan untuk menyembelih Qurban pada hari Raya Haji (Idul Adha), yang dirayakan pada bulan Dzul Hijjah sebagai tanda syukur pada Allah dan membagi-bagikan dagingnya untuk orang miskin.
Pertanyaan:
1) Apakah mimpi nabi Ibrahim?
2) Bagaimana pendapat Ismail ketika diceritakan mimpi ayahnya?
3) Bagaimanakah cara Ibrahim mengusir Iblis?
4) Peristiwa apakah yang dijadikan simbol “melempar jumrah” dalam ibadah haji?
5) Peristiwa apakah yang menjadi simbol dari ibadah qurban?
6) Sebutkan sikap-sikap teladan dari kisah ini!
1 komentar:
Menarik sekaliiiiiiii tenkyuhhhh
Posting Komentar